Find Us On Social Media :

Dikenal sebagai Jagal Berdarah Dingin, Bagaimana Raymond Westerling Menceritakan Dirinya Sendiri?

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 29 September 2024 | 11:54 WIB

Raymond Westerling, jagal berdarah dingin yang telah membantai lebih dari 40 ribu jiwa orang Sulawesi Selatan. Bagaimana petualangannya hingga sampai di Indonesia?

Antara pukul 03.00 - 04.30 satuan-satuan Pasukan Komando, meninggalkan Asrama Matuangin secara diam-diam ke pelbagai arah, tanpa terlihat orang, seperti kucing hitam di kegelapan malam.

Jalan-jalan ke luar kampung dijaga oleh bren-bren (senapan mesin ringan, Red.) yang siap memuntahkan peluru mautnya jika ada yang melarikan diri. Pasukan lain menyerbu ke dalam kampung, lalu menggiring mereka ke suatu titik pusat. Orang sakit parah, orang tua dan perempuan yang sedang menyusui dikecualikan. Pusat pengumpulan ialah sisi barat laut Kampung Borong.

Di tempat itu perempuan dan laki-laki dipisahkan. Westerling datang disertai dua orang juru bahasa yang tahu benar dialek setempat dan seorang penghulu.

Para pria diatur duduk di tanah dengan bersaf sekitar 50 atau 60 orang, membentuk suatu segi empat tanpa gerak, di bawah ancaman empat steling senapan mesin. Dengan menyilangkan lengannya di dada, Westerling mondar-mandir di depan barisan terdepan mencari mata- matanya yang berbaur dalam massa rakyat itu. Ada seorang di saf terdepan, seorang lagi di baris kedua.

Sementara itu bagian lain dari Pasukan Komando yang tidak ikut serta dalam penjagaan, melakukan penggeledahan di kampung mencari senjata, mesiu dan dokumen-dokumen.

Pada aksi pertama itu ada 46 orang tertangkap. Dari 74 orang yang tercantum dalam daftar hitam Westerling dapat dikenali 35 orang. Westerling berbicara kepada rakyat lewat seorang penerjemah. Dia menyebutkan deretan 'kejahatan' yang dilakukan oleh orang-orang itu. Kemudian ia menyuruh menghadap para pemimpin laskar.

"Orang ini telah dijatuhi hukuman mati dan segera akan ditembak." Dalam jarak 30 m dari kumpulan massa itu sudah menunggu suatu regu tembak. Aba-aba diberikan, disusul oleh salvo tembakan senapan. Terlihat ada gerak sejenak pada rakyat yang berkumpul, tetapi tak ada yang mengeluarkan suara.

Selanjutnya semua yang tertangkap dihukum tembak, cuma sebelas yang luput dari maut untuk diperiksa lebih lanjut.

Tiga kali dalam seminggu

Setelah semua selesai rakyat dipaksa bersumpah agar sejak hari ini mereka akan menjauhkan diri dari para pejuang.

Dalam waktu enam hari dilakukan tiga kali aksi serupa. Westerling segera mendirikan apa yang dinamakannya sendiri "Mahkamah Militer Rakyat", artinya orang biasa ikut menunjuk dan mengadili apa yang disebutnya sebagai 'anasir jahat'.

Dengan cara 'pengadilan' ala Westerling itu kampung-kampung sekitar Makassar dalam radius 6 km 'dibersihkan'. Kepala-kepala kampung digantikan dengan orang-orang yang mau mengikuti perintahnya. Kemudian Westerling mulai beroperasi di dalam Kota Makassar sendiri.