Find Us On Social Media :

Dikenal sebagai Jagal Berdarah Dingin, Bagaimana Raymond Westerling Menceritakan Dirinya Sendiri?

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 29 September 2024 | 11:54 WIB

Raymond Westerling, jagal berdarah dingin yang telah membantai lebih dari 40 ribu jiwa orang Sulawesi Selatan. Bagaimana petualangannya hingga sampai di Indonesia?

[ARSIP Intisari]

Pada 1983 lalu di Amsterdam terbit buku Westerling de Eenling (Westerling, si Tunggal) keluaran Teleboek, B.V. Buku itu sebetulnya tulisan seorang wartawan Prancis, Dominique Venner, yang tadinya berjudul Westerling, Guerilla Story. Terjemahannya ke bahasa Belanda diberi tambahan dan catatan oleh Westerling. Jelas ini bukan buku sejarah, tetapi kisah petualangan versi Westerling sendiri. Sudut pandangannya sudah tentu dari pihak 'sana'. Mungkin menarik juga untuk melihat lewat kaca mata pria yang terkenal kekejamannya itu, yang meninggal 26 November '87 itu.

Pertama tayang di Majalah Intisari pada Januari 1988

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Kapten Raymond Westerling mulai melakukan tindakan yang disebutnya aksi pembersihan. Sasaran komandan Pasukan Komando Baret Hijau itu lalah wilayah di sebelah selatan jalan raya ke Maros yang berbatasan dengan bagian timur Makassar (Ujung Pandang). Operasi itu direncanakannya dengan amat saksama.

Sebelumnya Westerling mengirimkan empat orang mata-mata yang tidak saling mengenal dan mengira bahwa mereka bekerja sendiri, untuk membaurkan diri di antara rakyat selama beberapa hari.

Tugas mereka dipermudah karena banyak gelandangan dari pedalaman yang membanjiri daerah Kota Makassar. Westerling ingin tahu identitas para pimpinan dan anggota utama organisasi badan-badan perjuangan, tempat penyimpanan senjata, sistem penjagaan pengamanan dan penempatan penjagaan atau pengintaian.

Setelah mempunyai data lengkap, Westerling membandingkan dan memadukan laporan intel dari pelbagai instansi di Makassar dengan info anak buahnya sendiri. Dia membuat daftar hitam dari 74 orang anggota badan perjuangan dan juga dari perampok.

Dibunuh langsung

Tanggal 11 Desember dinyatakan keadaan perang untuk wilayah Sulsel oleh Letnan Gubernur Jenderal Van Mook.