Find Us On Social Media :

Mengapa DI/TII Tak Merengkuh Dukungan Umat?

By Afif Khoirul M, Jumat, 27 September 2024 | 13:25 WIB

Pemberontakan DI/TII tak hanya terjadi di Jawa Barat. Di Jawa Barat, gerakan serupa juga terjadi, dipimpin oleh Amir Fatah, mantan pimpinan Hizbullah.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah perjuangan seluruh rakyat, tanpa memandang agama, suku, atau golongan. Umat Islam, bersama dengan umat beragama lainnya, bahu-membahu melawan penjajah dan mengorbankan jiwa raga demi meraih kemerdekaan.

Oleh karena itu, gagasan untuk memecah belah bangsa dengan mendirikan negara Islam dipandang sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan para pahlawan.

Para ulama terkemuka di Indonesia, seperti KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahid Hasyim, mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa pemberontakan DI/TII adalah tindakan haram.

Fatwa ini memiliki pengaruh besar dalam meredam dukungan umat Islam terhadap gerakan tersebut. Ulama-ulama tersebut menegaskan bahwa NKRI adalah negara yang sah dan sesuai dengan syariat Islam, sehingga wajib bagi setiap muslim untuk mendukung dan mempertahankannya.

Rakyat Indonesia telah belajar dari sejarah bahwa persatuan dan kesatuan adalah kunci utama dalam membangun bangsa yang kuat dan bermartabat.

Perbedaan agama, suku, dan budaya bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara harmonis. Semangat gotong royong dan toleransi telah menjadi perekat yang mempersatukan bangsa ini dalam menghadapi berbagai tantangan.

Operasi Militer yang Mengakhiri Pemberontakan

Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam menghadapi pemberontakan DI/TII. Operasi militer besar-besaran dilancarkan untuk menumpas gerakan tersebut.

Di Jawa Barat, Operasi Pagar Betis dan Operasi Bratayudha berhasil mengakhiri perlawanan DI/TII pada tahun 1962.

Sementara itu, di Aceh, pemberontakan baru dapat dipadamkan pada tahun 1962 setelah Daud Beureu'eh menerima tawaran amnesti dari pemerintah.

Gerakan DI/TII meninggalkan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Bahwa persatuan dan kesatuan adalah modal utama dalam membangun bangsa yang kuat.

Bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah belah, melainkan kekayaan yang harus dijaga dan dirawat. Bahwa toleransi dan saling menghormati adalah kunci untuk hidup berdampingan secara harmonis.