Find Us On Social Media :

Mengapa DI/TII Tak Merengkuh Dukungan Umat?

By Afif Khoirul M, Jumat, 27 September 2024 | 13:25 WIB

Pemberontakan DI/TII tak hanya terjadi di Jawa Barat. Di Jawa Barat, gerakan serupa juga terjadi, dipimpin oleh Amir Fatah, mantan pimpinan Hizbullah.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di negeri zamrud khatulistiwa, di mana azan berkumandang lima kali sehari dan masjid-masjid berdiri megah di setiap sudut kota, Islam telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.

Namun, sejarah mencatat sebuah ironi yang menggugah: gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), yang bercita-cita mendirikan negara Islam, justru tak mampu merengkuh dukungan mayoritas rakyat.

Gerakan DI/TII lahir dari rahim ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia pasca-kemerdekaan.

Tokoh-tokoh seperti Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Jawa Barat dan Daud Beureu'eh di Aceh merasa bahwa perjuangan umat Islam selama masa revolusi tak dihargai.

Perjanjian Renville, yang dianggap merugikan wilayah Indonesia, menjadi pemicu utama pemberontakan di Jawa Barat.

Sementara itu, di Aceh, kekecewaan terhadap pembubaran Provinsi Aceh dan penghapusan jabatan gubernur militer memicu perlawanan sengit.

Cita-cita DI/TII untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) berlandaskan keyakinan bahwa sistem pemerintahan Islam akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Namun, mimpi ini terbentur pada realitas yang kompleks. Mayoritas umat Islam Indonesia, meskipun taat beragama, tetap setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila.

Mereka percaya bahwa Pancasila, meskipun bukan berasal dari ajaran Islam, tetap mampu mengakomodasi nilai-nilai Islam dan menjamin kebebasan beragama bagi seluruh rakyat.

Perjuangan Kemerdekaan yang Milik Semua