Find Us On Social Media :

Ketika Raja-raja Mataram Berburu, Untung Ada Kompeni yang Mencatat

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 15 September 2024 | 15:48 WIB

Raja-raja Mataram punya hobi berburu. Cerita-cerita perburuan sang raja untungnya bisa kita lacak lewat catatan perwira-perwira Kompeni.

Akan tetapi karena pertandingan kali ini dilakukan oleh para punggawa yang bukan tugasnya melakukan hal itu, maka terjadilah adegan lucu dan menggelikan. Letnan Coster melaporkan (dalam bahasa Belanda yang berlaku abad itu) bagaimana para punggawa tadi:

"sonder zadels te paard sitten, en met groene bamboesen tournoijen, waar-door er al veele, als geen kennis daarvan hebbende, hoL over bol-de grond sogten, tot bijsonder vermaak van den vorst, die sig van lachen niet onthouden kon."

(mengendarai kuda tanpa pelana, bertanding dengan bambu hijau dan karena tidak memiliki keahlian untuk pekerjaan itu, berjatuhan ke tanah, yang menyebabkan Raja begitu geli dan tertawa terbahak-bahak seolah-olah tak dapat berhenti ).

Acara lain, tentu saja, berburu. Tiga kali Sunan berburu di hutan tanpa Coster ikut serta. Dia hanya melaporkan bahwa tanggal 11 September ia menerima kiriman 6 ekor babi-hutan hasil buruan sehari sebelumnya; tanggal 12 September sore ia menerima kiriman 6 ekor babi-liar hasil buruan pagi harinya; dan tanggal 16 sore ia menyaksikan iring-iringan Sunan pulang berburu dengan hasil buruan yang tak terhitung jumlahnya.

Tanggal 15 September ketika Sunan berburu di dalam Krapyak Pring Amba, Letnan Coster turut serta. Diceritakannya bahwa, Sunan serta para pembesar lainnya duduk di atas joli yang dipasang di punggung kerbau. Mereka menanti berderet-deret dengan jarak berjauhan.

Kemudian para prajurit dan punggawa menghalau hewan dari arah kiri dan kanan tempat pemburu-pemburu itu menanti, dengan jalan berteriak-teriak dan memukul-mukul kentongan. Begitu hewan yang terkejut itu berlarian ke arah Sunan menanti, mulailah para pemburu menunjukkan kemahiran masing-masing.

Ada yang menembak dengan senapan, ada yang mempergunakan panah dan ada pula yang memakai lembing. Hari itu telah dibantai tidak kurang dari 130 ekor rusa, 5 ekor banteng dan 6 ekor sapi-liar.

Disambut banteng depan pesanggrahan

Tanggal 17 September perjalanan dilanjutkan ke Imogiri dan berkumpul kembali dengan rombongan Ibu Suri yang sudah lebih dahulu tiba dari Kuto Anyar. Dua hari lamanya acara ziarah di sini. Sesudah itu perjalanan dilanjutkan ke daerah Gading di muara sungai Opak.

Begitu tiba, begitu Sunan memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk menjelajah hutan-hutan dan menghalau hewan buruan yang ditemui ke arah Krapyak di sisi barat sungai. Menurut perhitungan Coster sesudahnya, di dalam Krapyak itu terkumpul 500 ekor banteng, kerbau-liar dan sapi liar, serta kira-kira 1300 ekor rusa.

Tiga hari berikutnya Sunan bersemadi di dalam gua di pantai Selatan, sementara Coster dengan beberapa anak buahnya menanti dalam kemah di tepi pantai. Ketika tanggal 21 September pagi Coster keluar dari dalam kemahnya, ia melihat Sunan sedang duduk memancing di pantai. Karena hasilnya tidak banyak, Sunan mengajak Coster kembali ke pesanggrahan. Ternyata di depan pesanggrahan sudah menanti seekor banteng buas yang diikat pada tonggak kayu.

Sunan memerintahkan para pembesar untuk menjadikan banteng itu sebagai sasaran latihan memanah. Setelah puas barulah Sunan mengangkat senapannya dan menembak banteng itu sampai tewas.