Find Us On Social Media :

Ketika Raja-raja Mataram Berburu, Untung Ada Kompeni yang Mencatat

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 15 September 2024 | 15:48 WIB

Raja-raja Mataram punya hobi berburu. Cerita-cerita perburuan sang raja untungnya bisa kita lacak lewat catatan perwira-perwira Kompeni.

Hanya kita tidak mengetahui apakah pada zaman Majapahit itu juga sudah dikenal hutan suaka semacam Krapyak pada zaman Mataram.

Pada zaman Mataram acara berburu juga tidak hanya diadakan di dalam Krapyak, tetapi juga dalam hutan bebas. Hanya saja berburu dalam hutan bebas ini biasanya terbatas untuk jenis babi-liar atau babi-hutan. Adapun daerah Krapyak yang terkenal pada zaman Mataram terletak di tiga tempat, salah satunya Pringamba sebelah Tenggara kota Yogyakarta dan di sisi kiri dan kanan muara sungai Opak dekat pantai Selatan Yogyakarta.

Di luar dan di sekeliling Krapyak itu sendiri masih merupakan hutan lebat yang penuh dengan hewan buruan, sehingga para penulis Belanda pada masa itu menamakannya "jagersparadijs" atau Surga bagi para Pemburu.

Berziarah sambil berburu

Apa sebabnya daerah itu yang dipilih menjadi Krapyak disebabkan beberapa hal. Pertama, karena ibukota Mataram sebelum dipindahkan ke Kartasura adalah di Plered dan Kerta yang letaknya berdekatan dengan krapyak-krapyak tadi.

Kedua, karena raja-raja Mataram mempunyai kebiasaan untuk menyepi dan bersemadi di gua-gua yang ada di pantai Selatan, guna meminta berkah dari Nyai Roro Kidul sebagai Penguasa Laut Selatan, agar dapat memimpin kerajaannya dengan baik. Selama mereka bersamadi itulah kadang-kadang diadakan acara selingan berburu sebagai rekreasi.

Waktu ibukota Mataram dipindah ke Kartasura dan kemudian ke Surakarta, krapyak-krapyak tadi tetap dipelihara meskipun jaraknya amat jauh untuk ukuran waktu itu. Hal ini disebabkan karena kebiasaan untuk bersamadi tadi masih tetap dilakukan.

Selain itu hal yang biasa dilakukan oleh raja Hayam Wuruk pada zaman Majapahit untuk berziarah ke tempat-tempat keramat dan ke makam leluhur dinasti, masih dijalankan juga oleh raja-raja Mataram pada zaman Kartasura dan Surakarta.

Krapyak Pringamba terletak di kaki bukit Girilaya dan di bukit ini dimakamkan salah seorang isteri Amangkurat I dan Sunan Geseng salah seorang di antara Walisongo. Sedangkan muara sungai Opak selain dekat pantai Selatan, juga tidak begitu jauh letaknya dari Imogiri, yaitu kompleks makam keluarga kerajaan Mataram dimulai dari Sultan Agung.

Pada waktu acara ziarah ke makam leluhur dinasti itulah sering diseling dengan acara berburu di dalam Krapyak.

Berita tertua tentang perburuan semacam itu kita peroleh dari E. Rijklof van Goens, duta VOC yang beberapa kali mengunjungi ibukota Mataram pada abad ke-XVII. Pada 1652 Van Goens pernah mengikuti acara berburu yang diadakan oleh Amangkurat I di sekitar muara sungai Opak.

Dia melukiskan tempat itu sebagai "padang perburuan yang luasnya tak terkira dan dikelilingi pagar dari balok kayu jati. Di dalamnya terdapat ribuan rusa, kerbau liar, banteng, kuda liar serta hewan lainnya di mana orang dapat memburu mereka tanpa takut diterkam harimau atau digigit ular."