Find Us On Social Media :

Ketika Raja-raja Mataram Berburu, Untung Ada Kompeni yang Mencatat

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 15 September 2024 | 15:48 WIB

Raja-raja Mataram punya hobi berburu. Cerita-cerita perburuan sang raja untungnya bisa kita lacak lewat catatan perwira-perwira Kompeni.

Jadi jelaslah apa perbedaan antara Krapyak dengan hutan biasa. Di dalam krapyak keadaannya dijaga sedemikian rupa agar binatang-binatang buas seperti harimau tidak dapat masuk ke dalamnya demi menjaga kenikmatan para pemburu.

Perjalanan Amangkurat IV

Tujuan perjalanan sebenarnya untuk berziarah ke makam leluhur dinasti dilanjutkan dengan bersemadi ke pantai Selatan. Akan tetapi acara-acara selingan yang diselenggarakan Sunan Amangkurat IV cukup menarik untuk kita ketahui.

Rombongan berangkat pada pagi hari 3 September 1724, dikawal oleh ratusan prajurit Mataram, ratusan punggawa dan pemikul tandu, ratusan pelayan, ditambah dengan 75 orang serdadu Kompeni di bawah komandannya Letnan Hendrik Coster. Dari Perwira Kompeni ini pulalah kita memperoleh laporan perjalanan Sunan.

Dari ibukota Kartasura rombongan bertolak diiringi tembakan salvo meriam dari arah benteng VOC sebagai penghormatan. Sebagaimana diketahui, semenjak ibukota Mataram dipindahkan ke Kartasura, pihak VOC diizinkan mendirikan benteng di ibukota. Benteng ini dipimpin oleh seorang Kapten yang menjadi wakil VOC dengan jabatan Residen.

Waktu itu yang menjadi Residen adalah Kapten Simon Keesjong. Perwira ini bersama para Pembesar Mataram lainnya yang tidak turut dalam perjalanan mengantarkan Sunan sampai di batas kota.

Setelah segala upacara basa-basi perpisahan di batas kota, Keesjong cs. kembali ke ibukota. Dan bergeraklah rombongan Sunan, Ibu Suri, Permaisuri, Putra Mahkota dan para Pembesar di atas tandu semuanya, diiringi prajurit dan pelayan serta pasukan Kompeni.

"Pawai" yang jumlahnya ribuan ini tentu saja merupakan tontonan cukup menarik bagi penduduk desa-desa yang dilalui.

Rombongan berhenti dan mengaso untuk menginap berturut-turut di Delanggu dan Gondang, dua kota Kecamatan yang kini terletak di daerah Klaten. Tanggal 5 September 1724 pagi rombongan dipecah menjadi dua. Ibu Suri dengan sebagian rombongan bertolak menuju Kuto Anyar yang letaknya kira-kira di kota Yogyakarta sekarang; sedangkan Sunan dan rombongan menuju ke Karto Winoto, yaitu daerah Madu Gondo di sebelah tenggara Yogyakarta sekarang.

Di tempat ini Sunan tinggal selama 12 hari, karena dari sini dapat dikunjungi dengan mudah beberapa tempat ziarah, antara lain: Kuto Gede tempat makam Kyai Gede Pemanahan leluhur dinasti; Panembahan Senopati atau Sutowijoyo pendiri Mataram; dan Sunan Anyokrowati atau Sunan Sedo Krapyak.

Juga tempat ini ada di bawah bukit Girilaya yang sudah disebutkan di atas. Dan sebagai selingan kegiatan ziarah inilah Sunan telah mengadakan beberapa acara rekreasi.

Tanggal 6 September Sunan menyelenggarakan rekreasinya yang pertama. Para punggawa yang tugasnya memikul tandu, semua dikumpulkan di alun-alun. Mereka diharuskan bermain "Sodoran " atau "Senenan". Permainan yang juga populer di Eropa pada Abad Pertengahan ini pada pokoknya adalah berusaha menjatuhkan lawan dari atas kuda yang dikendarainya dengan sebatang bambu.