Find Us On Social Media :

Tuban Bukan Kota Kabupaten Sembarangan, Disebut Lebih Tua dari Majapahit

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 14 September 2024 | 10:38 WIB

Usia Kota Tuban sudah setua Majapahit, bahkan konon ia lebih tua dibanding kerajaan yang pernah menguasa Nusantara itu. Tuban juga bukan kota kabupaten sembarangan.

Keratonnya jin

Konon, Dandang Wacana menjadi penguasa Tuban selama 30 tahun. Dia punya dua putra, Lanangjaya dan Hageng Ngeso. Lanangjaya memiliki putra yang kelak menjadi simbol kepahlawanan masyarakat Tuban, Raden Arya Ronggolawe. Dia tak cuma jago perang, tapi juga ahli strategi.

Saat Singasari di bawah pimpinan Kertanegara dihancurkan Jayakatwang penguasa Kediri, Ronggolawe menyelamatkan nyawa menantu Kertanegara, yaitu Raden Wijaya, dengan mengungsikannya ke Madura.

Sulit dibayangkan jika Ronggolawe (saat itu sudah menjadi penguasa Tuban, menggantikan sang kakek) tak bertindak sigap, nama Majapahit mungkin tak akan pernah terdengar di Bumi Nusantara.

Bersama Raden Wijaya dan tentara Tartar, Ronggolawe balas menghancurkan Jayakatwang. Sebenarnya, kehadiran pasukan Tartar di bawah pimpinan Shih Pi dan Kau Hsing untuk menghukum Kertanegara yang memotong telinga utusan mereka.

Namun, setiba di Pantai Boom, Tuban, Singasari sudah dikuasai Kediri. Pasukan Mongol itu pun dimanfaatkan Raden Wijaya dan Ronggolawe untuk memerangi Jayakatwang. Nah, saat tentara Tartar mabuk kemenangan, Ronggolawe ganti membantai mereka. Kabarnya, sebagian besar tentara Tartar mati terpanggang atau tenggelam.

Ronggolawe menjabat adipati selama 30 tahun, dengan pusat pemerintahan di barat Gua Akbar. Kalau ingin bernostalgia, sampai kini lokasi Ronggolawe melatih tentaranya (dalam bahasa Jawa disebut ngabar) diabadikan dalam bentuk kampung, Dusun Ngabar, dekat Gua Akbar. Lokasi gua ini sendiri sangat strategis, persis di tengah Kota Tuban. Panjangnya sekitar 1,2 km.

Di dalamnya dapat disaksikan sumber air alami dengan berbagai ikan hias. Gua yang terbentuk dari batu kapur sempat terlantar, bahkan menjadi tempat pembuangan sampah. Maklum, letaknya persis di belakang pasar tradisional Tuban. Baru tahun 1998 tempat itu dibenahi sekaligus dibuka sebagai tempat wisata.

Selain jalan setapak dan pagar besi di kanan-kiri, gua andalan Dinas Pariwisata Daerah (Diparda) Tuban ini juga dihiasi lampu warna-warni dan tata suara. Jadi, tak usah merasa takut, apalagi kesepian. Cahaya lampu, pijar dan dendang lagu pop, dangdut, hingga tembang khas Tuban siap menemani. Sebagai situs kaya sejarah, Gua Akbar jelas tak cuma jual tampang.

"Lebih penting, nilai sejarahnya bisa menjadi pelajaran buat generasi mendatang," tutur Titik Maharti, Kasubdin Pengembangan Produk Pariwisata Tuban (artikel ini ditulis pada September 2002)

Berabad-abad lalu, gua ini dikenal dengan nama Luweng Ombo. Lokasinya yang terlindungi semak kaktus berduri, rumpun bambu, dan pohon Abar (sejenis beringin) tampak angker. Tak heran banyak orang menyebutnya keraton para jin! Di era Ronggolawe, Luweng Ombo dimanfaatkan sebagai tempat rapat dan menyusun strategi perang. Termasuk rapat operasi pembantaian tentara Tartar di Pelabuhan Boom.

Setelah menjadi adipati, Ronggolawe kembali menggunakannya untuk mempersiapkan pemberontakan terhadap Majapahit. Dia tak puas atas pengangkatan Nambi menjadi mahapatih, karena jasanya buat Majapahit dianggap tak seberapa.