Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Di antara kisah-kisah kepahlawanan dan kejayaan yang mewarnai sejarah Nusantara, terukir nama seorang ratu yang kepemimpinannya sering terlupakan. Dialah Dyah Gitarja, atau yang dikenal dalam sejarah dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi, "Dewi Agung dari Tiga Dunia".
Lahir dengan jiwa prajurit dan kecerdasan tajam, Dyah Gitarja memainkan peran krusial dalam mengantarkan Majapahit menuju puncak kejayaannya, menjadikannya salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.Meskipun Serat Pararaton, naskah kuno yang menceritakan kisah raja-raja Jawa, mencatat namanya, Dyah Gitarja sering kali tersingkir dari narasi kejayaan Majapahit. Sosoknya tertutupi bayang-bayang Hayam Wuruk, sang raja, dan Gajah Mada, mahapatih legendaris.
Namun, mengabaikan peran Dyah Gitarja sama saja dengan melupakan fondasi di atas mana kejayaan Majapahit dibangun.Masa kecil Dyah Gitarja diselimuti misteri. Lahir di tengah gejolak politik Majapahit yang baru berdiri, dia dibesarkan di lingkungan istana, ditempa dengan pendidikan dan pelatihan yang bekalnya untuk masa depan.
Sejak dini, Dyah Gitarja menunjukkan bakat kepemimpinannya yang luar biasa. Dia cerdas, berani, dan memiliki tekad yang kuat, kualitas yang menjadikannya pemimpin yang ideal di masa penuh gejolak.Ketika sang ayah, Raden Wijaya, pendiri Majapahit, mangkat pada tahun 1328, kerajaan masih muda dan rapuh. Ancaman dari luar mengintai, dan perselisihan internal mengancam untuk memecah belah persatuan. Di tengah situasi genting ini, Dyah Gitarja, meskipun masih muda, melangkah maju untuk mengambil alih tahta.
Dengan tekad bulat, dia dinobatkan sebagai Ratu Majapahit, menjadi pemimpin perempuan pertama dalam sejarah kerajaan.Pemerintahan Dyah Gitarja diwarnai dengan berbagai tantangan. Dia harus menghadapi pemberontakan internal, mematahkan ambisi para bangsawan yang haus kekuasaan, dan mempertahankan kedaulatan Majapahit dari serangan musuh.
Namun, Dyah Gitarja terbukti sebagai pemimpin yang tangguh dan cakap. Dia berhasil meredam pemberontakan, memperkuat persatuan internal, dan meletakkan fondasi bagi kejayaan Majapahit di masa depan.
Baca Juga: Hayam Wuruk dan Kekuasaannya Atas Majapahit Selama 39 TahunSalah satu keputusan paling penting Dyah Gitarja adalah mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada, seorang panglima perang yang brilian dan ambisius, memiliki visi yang sama dengan Dyah Gitarja untuk menjadikan Majapahit sebagai kerajaan yang agung.
Bersama-sama, mereka merumuskan Sumpah Palapa, sebuah janji ambisius untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah panji Majapahit.Dyah Gitarja tidak hanya bertindak sebagai pemimpin politik, tetapi dia juga seorang pelindung seni dan budaya. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mengalami kemajuan pesat dalam berbagai bidang, termasuk kesusastraan, seni pahat, dan arsitektur.
Candi-candi megah seperti Trowulan dan Penataran didirikan pada masanya, menjadi bukti kejayaan dan kemakmuran Majapahit.Meskipun Dyah Gitarja mangkat pada tahun 1350, warisannya terus hidup. Dia telah meletakkan fondasi yang kuat bagi Majapahit, yang kemudian mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Dyah Gitarja dikenang sebagai pemimpin yang berani, cerdas, dan visioner, seorang ratu prajurit yang mengantarkan Majapahit menuju masa keemasannya.Kisah Dyah Gitarja adalah kisah tentang kepemimpinan, keberanian, dan tekad. Dia adalah contoh inspiratif bagi para pemimpin perempuan di seluruh dunia, menunjukkan bahwa dengan tekad dan visi yang kuat, seorang wanita dapat mencapai apa pun yang dia inginkan, bahkan di masa yang penuh dengan tantangan dan rintangan.Pusaran Intrik dan Lahirnya Sumpah PalapaMemimpin Majapahit di masa awal bukanlah tugas yang mudah bagi Dyah Gitarja. Kerajaan masih muda, belum sepenuhnya stabil, dan bayang-bayang pemberontakan selalu mengintai.
Para bangsawan daerah, yang sebelumnya tergabung dalam kerajaan Singhasari yang ditaklukkan Majapahit, menyimpan ambisi untuk melepaskan diri.Salah satu pemberontakan terbesar terjadi di awal masa pemerintahan Dyah Gitarja, dipimpin oleh Kediri, bekas bawahan Singhasari. Pemberontakan ini dipimpin oleh seorang pemberontak kharismatik bernama Juru Demung.
Dengan sigap dan tanpa ragu, Dyah Gitarja mengerahkan pasukannya untuk menumpas pemberontakan.
Baca Juga: Akhir Pahit Gajah Mada Penakluk Nusantara yang Berakhir dalam MoksaNamun, Dyah Gitarja sadar bahwa pendekatan militer semata tidak cukup. Dia membutuhkan strategi jangka panjang untuk memastikan stabilitas Majapahit. Keputusan penting pun diambilnya.
Dyah Gitarja mengangkat seorang pemuda berbakat bernama Gajah Mada sebagai Mahapatih, perdana menteri sekaligus panglima perang tertinggi.Gajah Mada adalah sosok yang tepat untuk mendampingi Dyah Gitarja. Dia dikenal sebagai pemimpin perang yang brilian dan tegas.
Gajah Mada memiliki ambisi yang sama dengan Dyah Gitarja, yaitu menjadikan Majapahit sebagai kerajaan yang disegani di seluruh Nusantara.Dalam sebuah pertemuan yang legendaris, Dyah Gitarja dan Gajah Mada berdiskusi tentang masa depan Majapahit. Mereka sepakat bahwa kerajaan membutuhkan cita-cita yang besar dan pemersatu untuk menggalang persatuan dan mendorong ekspansi.
Lahirlah kemudian Sumpah Palapa, sebuah janji yang diucapkan Gajah Mada di hadapan Dyah Gitarja dan para pejabat istana.Isi Sumpah Palapa tersebut sangatlah ambisius. Gajah Mada bersumpah tidak akan memakan nasi, buah, dan ikan apapun, sampai seluruh Nusantara dapat disatukan di bawah panji Majapahit. Sumpah ini disambut dengan hening sejenak, kemudian disusul gemuruh semangat dan dukungan dari para hadirin.Dengan Sumpah Palapa sebagai pemandu, dimulailah era baru bagi Majapahit. Dyah Gitarja dan Gajah Mada bahu-membahu memperkuat militer, menjalin koalisi dengan kerajaan-kerajaan yang lebih kecil, dan melancarkan ekspedisi militer untuk menaklukkan wilayah-wilayah yang sebelumnya tunduk pada Singhasari.Meskipun Dyah Gitarja tidak turun langsung ke medan perang, kepemimpinannya yang tegas dan visioner menjadi sumber kekuatan bagi Majapahit.
Dia berhasil menciptakan suasana kondusif di dalam istana, meredam intrik politik, dan memastikan sumber daya kerajaan dialokasikan secara efektif untuk mendukung ekspansi Majapahit.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---