Hayam Wuruk dan Kekuasaannya Atas Majapahit Selama 39 Tahun

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Rombongan Raja Majapahit Hayam Wuruk beserta Patih Gajah Mada ternyata menggunakan nama-nama bunga.
Rombongan Raja Majapahit Hayam Wuruk beserta Patih Gajah Mada ternyata menggunakan nama-nama bunga.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit Nusantara yang luas, terukir kisah kejayaan Kerajaan Majapahit. Di antara deretan rajanya, nama Hayam Wuruk menjulang tinggi, mengantarkan kerajaan menuju puncak keemasannya.

Selama 39 tahun masa pemerintahannya, Hayam Wuruk memimpin dengan tangan dingin, dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada yang gagah berani.

Lahir dengan nama Sri Rajawikrama Wardhana pada tahun 1336, Hayam Wuruk naik tahta di usia muda, yaitu 16 tahun. Beliau mewarisi kerajaan yang masih dalam proses pemulihan setelah pemberontakan Sadeng Ariya Wiratning.

Di tengah situasi yang rawan, Hayam Wuruk menunjukkan kepemimpinannya yang matang dan berwibawa. Ia segera mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih, dan bersama-sama mereka menyusun strategi untuk membawa Majapahit ke puncak kejayaan.

Sumpah Palapa yang dikumandangkan Gajah Mada menjadi kompas bagi Hayam Wuruk dalam menjalankan pemerintahan. Cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara di bawah panji Majapahit menjadi motivasi utama mereka.

Berbagai ekspedisi militer pun dilancarkan, mulai dari Sumatera, Kalimantan, hingga ke Papua. Kegigihan Hayam Wuruk dan Gajah Mada membuahkan hasil.

Satu demi satu wilayah berhasil ditaklukkan, memperluas kekuasaan Majapahit hingga ke seluruh pelosok Nusantara.

Di balik gegap gempita penaklukan, Hayam Wuruk juga menunjukkan sisi lain sebagai pemimpin yang bijaksana dan cinta budaya. Ia dikenal sebagai pelindung para seniman dan sastrawan. Di bawah kepemimpinannya, kesenian dan sastra mengalami masa keemasan.

Karya-karya sastra monumental seperti Nagarakretagama dan Arjunawiwaha diciptakan pada masa ini. Hayam Wuruk sendiri dikenal sebagai penyair ulung dengan nama pujangga Srikara.

Kehidupan pribadi Hayam Wuruk tak kalah menarik. Ia menikah dengan Dyah Pitaloka, putri cantik dari Kerajaan Sunda. Pernikahan mereka menjadi simbol penyatuan dua kerajaan besar di Nusantara.

Hayam Wuruk juga dikabarkan memiliki banyak selir, dan salah satu yang paling terkenal adalah Dyah Dewi Girindra, putri Raja Blambangan.

Masa pemerintahan Hayam Wuruk tak lepas dari gejolak politik. Persaingan internal kerajaan dan pemberontakan di beberapa daerah menjadi ujian bagi kepemimpinannya.

Namun, Hayam Wuruk berhasil mengatasi berbagai rintangan tersebut dengan kebijaksanaan dan ketegasannya.

Pada tahun 1389, Hayam Wuruk mangkat dunia setelah 39 tahun memerintah. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi rakyat Majapahit.

Namun, warisannya tak lekang oleh waktu. Hayam Wuruk dikenang sebagai salah satu raja terbesar dalam sejarah Indonesia, yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaan dan meletakkan fondasi bagi persatuan Nusantara.

Kisah Hayam Wuruk adalah kisah tentang kepemimpinan, ketegasan, dan cinta budaya. Ia merupakan contoh pemimpin ideal yang patut diteladani.

Semangatnya untuk mempersatukan Nusantara dan memajukan bangsa masih relevan hingga saat ini.

Baca Juga: Kisah Raja Kertanegara, Penguasa Singasari yang Membawa Kejayaan Sekaligus Keruntuhan

Akhir Kejayaan Hayam Wuruk

Kematian Hayam Wuruk pada tahun 1389 menandai berakhirnya era kejayaan Majapahit. Meskipun ia telah menunjuk Wikramawardhana, suami putrinya Kusumawardhani, sebagai penerusnya, transisi kepemimpinan tidak berjalan mulus.

Perebutan kekuasaan antar faksi di istana memicu perang saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Perang ini berlangsung selama 5 tahun (1400-1405) dan mengakibatkan kerusakan parah bagi Majapahit.

Wikramawardhana akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang dan naik tahta. Namun, ia tidak memiliki kharisma dan kemampuan seperti Hayam Wuruk. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mulai mengalami kemunduran.

Faktor-faktor lain seperti munculnya kerajaan baru di Demak dan Cirebon, serta bencana alam, semakin memperparah kondisi kerajaan.

Meskipun Majapahit masih mampu bertahan selama beberapa dekade setelah kematian Hayam Wuruk, kejayaannya telah surut. Kekuasaan pusat semakin lemah, dan wilayah-wilayah jajahan mulai melepaskan diri.

Pada akhirnya, Majapahit runtuh pada tahun 1527, menandakan berakhirnya era keemasan kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara.

Kematian Hayam Wuruk dan Perang Paregreg menjadi titik balik penting dalam sejarah Majapahit. Kepergian sang raja yang bijaksana dan ketegasan Gajah Mada menandai berakhirnya era kepemimpinan yang kuat dan stabil.

Kemunduran Majapahit menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan dan kepemimpinan yang cakap dalam menjaga keutuhan dan kejayaan sebuah bangsa.

Dampak Kematian Hayam Wuruk bagi Majapahit

Perang Paregreg: Kematian Hayam Wuruk memicu perebutan kekuasaan antar faksi di istana, yang berujung pada Perang Paregreg yang berkepanjangan dan melemahkan Majapahit.

Kemunduran Kepemimpinan: Wikramawardhana, pengganti Hayam Wuruk, tidak memiliki kharisma dan kemampuan seperti pendahulunya, sehingga Majapahit mulai mengalami kemunduran dalam berbagai bidang.

Munculnya Kerajaan Baru: Kemunculan kerajaan baru seperti Demak dan Cirebon, serta pemberontakan di beberapa wilayah, semakin memperparah kondisi Majapahit.

Bencana Alam: Bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami juga turut memperlemah struktur dan ekonomi Majapahit.

Kejatuhan Majapahit: Pada tahun 1527, Majapahit runtuh, menandakan berakhirnya era keemasan kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara.

Kesimpulan

Hayam Wuruk adalah salah satu raja terbesar dalam sejarah Indonesia. Ia berhasil mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaan dan meletakkan fondasi bagi persatuan Nusantara. Namun, kematiannya menandai berakhirnya era kejayaan Majapahit.

Perang Paregreg, kemunduran kepemimpinan, munculnya kerajaan baru, dan bencana alam menjadi faktor-faktor yang mempercepat kejatuhan kerajaan.

Kisah Hayam Wuruk dan Majapahit menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan, kepemimpinan yang cakap, dan ketahanan nasional dalam menjaga keutuhan dan kejayaan sebuah bangsa.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait