Find Us On Social Media :

Soal Perubahan Wajah Jakarta Harus Berterima Kasih kepada Olahraga, meski Ada Bau-bau Korupsinya

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 6 September 2024 | 13:52 WIB

Persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV benar-benar mengubah wajah Jakarta. Karenanya, banyak gedung-gedung tinggi berdiri.

Bisa terancam banjir

Jauh sebelum menyentuh ke pekerjaan konstruksi, urusan yang tak kalah pelik adalah penentuan lokasi komplek olahraga. Karena sejak awal idenya adalah membangun sebuah kompleks olahraga terpadu, maka perlu lahan luas, setidak-tidaknya 300 hektar.

Ada berbagai pilihan lokasi di Jakarta yang masuk nominasi. Awalnya kawasan Bendungan Hilir dipertimbangkan, namun Gubernur DKI Jakarta Raya, Soemarno Sostroatmodjo, cenderung memilih kawasan sekitar Rawamangun yang lahan kosongnya lebih luas.

Saat itu Sukarno memberi pertimbangan, lokasi sebaiknya dekat dengan pusat kota, seperti di sekitar Jalan MH Thamrin atau kawasan Menteng. Namun setelah terus dirundingkan, nominasi bergeser ke kawasan yang agak pinggir yakni Kampung Karet, Pejompongan, dan Dukuh Atas.

Untuk memastikan kondisi sesungguhnya di lapangan, Sukarno mengajak arsitek F. Silaban terbang bersama dengan helikopter kepresidenan. Satu per satu calon lokasi diamati, sambil terus aktif berdiskusi.

Dari pengamatan di udara, Silaban berpendapat jika stadion dibangun di kawasan Dukuh Atas, bakal menyebabkan kemacetan lalu-lintas di sekitarnya. Selain itu keberadaan Sungai Grogol yang melintasi kawasan Dukuh Atas sewaktu-waktu bisa mengancam stadion jika sampai banjir.

Sampai di situ Sukarno masih tetap ngotot bahwa persoalan ancaman banjir di Dukuh Atas masih bisa diatasi. “Kita buat terowongan,” tuturnya memberi ide.

Tak ingin berbantahan, Silaban akhirnya memberi pertimbangan bahwa Sukarno sering membawa rombongan tamu-tamunya dalam berbagai kegiatan. Karena itu perlu ruang terbuka yang jauh lebih luas dari yang ada di Dukuh Atas.

Silaban lalu meminta helikopter mengarah ke Senayan. Dari ketinggian, Sukarno melihat sendiri lahan kosong di kawasan ini cukup luas. Ia bahkan langsung berimajinasi tentang sebuah kompleks sarana olahraga dengan sebuah jalan besar yang menghubungkannya dengan pusat kota di Monas dan pusat pemerintahan di sekitar Istana Presiden. Kelak jalan ini kita kenal sebagai Jalan MH Thamrin dan Jalan Sudirman.

Mendapat kavling 100 m2

Setelah lokasi disepakati, pekerjaan besar selanjutnya adalah pemindahan warga di kawasan Senayan seluas 300 hektar. Pekerjaan ini dilakukan oleh Panitia Pembebasan Tanah yang terdiri atas unsur-unsur keempat angkatan bersenjata. Sebagai koordinator, ditunjuk Soetikno Loekitodisastro, seorang perwira menengah Angkatan Darat.