Find Us On Social Media :

Raja Jawa yang Ini Disebut-sebut sebagai Pencipta Sosok Nyai Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 24 Agustus 2024 | 10:41 WIB

Makam Panembahan Senopati. Tentu Raja Jawa yang satu ini berbeda dengan Raja Jawa yang disebut Bahlil Lahadalia, Ketum Golkar yang baru. Raja Jawa ini disebut-sebut sebagai pencipta sosok Nyai Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan.

Ratu penguasa laut selatan itu tersenyum, menjawab, "Bersedekaplah dengan berdiri suku tunggal memandang langit, aku dan sekalian tentaraku akan segera datang membawa kemenangan."

Kemasyhurannya tembus waktu

Mitos Nyai Roro Kidul sebagaimana tersurat dalam Babad Tanah Jawi itu sampai sekarang masih ada. Kemasyhurannya bergema hingga terekam dalam kitab-kitab ilmiah bangsa seberang. Sudah lama mitos ini dikaji dan diteliti oleh para ahli, namun semua itu tak sanggup mengubah pandangan masyarakat Jawa akan eksistensi tokoh yang dianggapnya betul-betul ada.

Babad Tanah Jawi karya gabungan sejarah dan dongeng, memang bukan satu-satunya sumber tentang Nyai Roro Kidul. Namun dari karya tanpa nama inilah, kisah ratu dedemit laut selatan muncul menjadi bagian dari cerita rakyat Indonesia, bukan Jawa saja.

Nyai Roro Kidul, demikian ejaan sebenarnya dari tulisan serat Babad Tanah Jawi. Tapi entah kenapa beredar dan terkenal dengan nama salah baca, Kanjeng Ratu Kidul!

Bahkan ada perbedaan persepsi yang meluas dan diyakini, bahwa antara Nyai Roro Kidul dan Kanjeng Ratu Kidul itu berbeda. Artinya, Roro Kidul itu patih, sedangkan Kanjeng Ratu Kidul itu ratunya. Cuma Babad Tanah Jawi tak menyebutkan itu.

Kisah gaib rakyat jelata ini pun lantas berkembang menjadi kisah sakral yang menuntut pertanggungjawaban religi yang sifatnya abadi. Ya, abadi karena sesuai janji, Roro Kidul akan selalu berhubungan dengan seluruh raja Jawa keturunan Panembahan Senopati hingga kini.

Maka selama kerajaan Mataram ada, tokoh penguasa demit Pulau Jawa ini akan tetap disembah untuk dimintai berkah. Jadi ratu makhluk halus yang mendirikan bulu roma ini, sesungguhnya tidak memiliki watak jahat, bahkan sebaliknya berhati mulia karena dipercaya menjaga ketentraman keraton dan rakyat Mataram hingga sekarang.

Memang tak salah kalau cerita besar ini kemudian disebarluaskan lewat media bacaan bergambar yang komiknya laku keras di sekitar tahun 60-an. Justru komik inilah yang menarik, mengingat penyajian katanya singkat dan padat, sementara gambarnya sanggup menghanyutkan daya fantasi pembaca untuk membayangkan kecantikan rupa Nyai Roro Kidul, beserta kebrutalan jin, setan laknat penjaga laut selatan.

Layar perak film nasional pun tak pernah sepi dari cerita-cerita berbau mistis tentang Nyai Roro Kidul dengan serentet judul yang seram plus bumbu seks.

Yang jelas ratu sakti yang rupawan ini sudah menjadi salah satu isi khazanah kisah klasik di Indonesia. Bahkan nampak semakin sakral, karena seringnya diperingati dalam bentuk upacara labuhan atau dipentaskan dalam teater tertutup berbentuk seni tari bedaya ketawang dan bedaya semang. Wajar kalau kemudian mitos Nyai Roro Kidul melebihi kisah Babad Tanah Jawi dan kebesaran Kerajaan Mataram sendiri.

Lihat saja setahun sekali, Keraton Yogyakarta pasti melakukan upacara tradisi labuhan di Parangkusumo. Labuhan itu, persembahan sesaji yang ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Tradisi ini dilakukan bukan sekadar gengsi keraton atau untuk kepentingan wisatawan, melainkan demi keselamatan raja, keraton dan seluruh rakyatnya.