Find Us On Social Media :

[ARSIP] Mereka Yang Mengelabui Penjajah Untuk Menyiarkan Sejarah

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 11 Agustus 2024 | 09:32 WIB

Momen proklamasi kemerdekaan RI tak hanya milik Sukarno dan Hatta, tapi juga milik mereka yang berjuang dalam senyap menyebarkan kabar bahagia tersebut.

Karena obral janji

Sebagai realisasi janji Jepang seperti pernah diucapkan PM Kuniaki Koiso yang menggantikan PM Tojo, maka janji kemerdekaan bagi Indonesia dilakukan dalam apa yang disebut The Imperial Diet yang ke-85 tanggal 7 September 1944.

Janji tersebut rupanya menyangkut pembentukan suatu badan penyelidik ke arah persiapan matang untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia. Maka badan yang kelak disebut Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokoritsu Zyunbai Tyoosakai itu pun terbentuk tepat pada hari ulang Tahun Tenno Heika atau hari raya Tentyoo Setsu, 29 April 1945.

Badan yang kemudian diketuai Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat itu bertujuan turut memikirkan dan merencanakan segala sesuatu yang bersangkutan dengan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari.

Titik cerah usaha perwujudan kemerdekaan negara RI berdaulat penuh yang dicita-citakan bangsa Indonesia mulai mencuat tatkala Jepang bertekuk lutut pada tentara sekutu. Boleh dibilang ini sebagai titik penentu. Perang Pasifik–Jepang menyebutnya Perang Asia Timur Raya– sudah mendekati ronde pamungkas.

Jepang sudah begitu banyak kehilangan napas dan pengaruh pada tanah jajahannya. Pada Februari 1945 Jepang harus kehilangan Filipina, sementara dua bulan kemudian, pada 1 April 1945 tentara Amerika sudah menjejakkan kakinya di Okinawa.

Pertemuan sekutu di Postdam 26 Juli 1945 kemudian menelurkan satu ultimatum bagi Jepang: "Kami memerintahkan kepada pemerintah Jepang untuk segera mengumumkan penyerahan tanpa syarat kepada semua angkatan perangnya, menjalankan semua perintah, patuh dalam segala tindakan. Penolakan terhadap perintah ini berarti kehancuran total bagi Jepang."

Jelas ini ancaman yang tidak main-main, yang dapat meremangkan bulu kuduk bangsa Jepang pada saat mereka sudah benar-benar kehilangan daya. Apalagi, Amerika benar-benar memenuhi ambisinya dengan membom Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan tiga hari kemudian Kota Nagasaki.

Drama tragis ini malah disambut hangat bangsa-bangsa terjajah mana pun yang sudah begitu banyak merasakan keganasan Jepang. Kekalahan Jepang ini akan berarti pintu kemerdekaan semakin terbuka lebar. Tahu kalau Jepang di ambang kehancuran, maka secara licik sekaligus cerdik, Rusia menyatakan perang kepada Jepang yang sudah tidak berdaya pada 8 Agustus 1945.

Sadar akan kekalahan bertubi-tubi ini, Jepang berusaha mewujudkan janji yang pernah dibuatnya untuk memerdekakan Indonesia. Maka Panglima Tertinggi Pasukan Jepang untuk Asia Tenggara Jenderal Terauchi segera memanggil Soekarno - Hatta dan Radjiman ke Dalat di Saigon, markas besar tentara Jepang di Asia Tenggara.

Bisik-bisik mahasiswa

Kekalahan Jepang memang sudah diperkirakan oleh bangsa -Indonesia, meski datangnya dirasakan secara tiba-tiba. Di pihak lain, karena radio pada saat itu dianggap sebagai jembatan penghubung yang efektif, maka secara sistematis Jepang melakukan sensor keras, bahkah cendeaing merusak peranti yang ada. Caranya dengan merusak dan menyegel gelombang pendek agar semua siaran tidak dapat diterima radio penduduk.