Find Us On Social Media :

[ARSIP] Ketika Cahaya Keris Berhasil Menyilaukan Mata Dunia Pada 2005

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 3 Agustus 2024 | 15:32 WIB

Keris menyengat dunia. Karya adiluhung leluhur ini diakui dunia sebagai karya agung bangsa Indonesia. Keris diakui UNESCO pada 2005.

Ketika membuat keris klasik tangguh Sedayu, Empu Djeno Harumbrodjo dari Yogyakarta membutuhkan besi 15 kg, besi pamor 1,5 kg, dan baja 0,5 kg. Dia melakukan pemanasan, penempaan dan pelipatan sebanyak 4.098 lipatan, sehingga bahan 17 kg itu tinggal beberapa ratus gram saja. Dia membutuhkan waktu enam bulan untuk menyempurnakan keris itu dengan kandungan spiritual.

Mendahului negara maju

Kebun Raya Bogor, Laboratorium Treub. Menurut almarhum Bambang Harsrinuksmo, penulis Ensiklopedi Keris, di sini pernah diteliti kandungan batu pamor Prambanan, yakni batu meteor yang jatuh di sekitar Candi Prambanan pertengahan abad ke-18 dan kini disimpan di Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Ternyata, batu itu mengandung besi 49,38%, nikel 4,70%, dan fosfor 0,53%. Namun, penelitian di zaman penjajahan itu hanya mengandalkan analisis kimiawi.

Penelitian lain dilakukan tahun 1960-an, oleh Dr. Frankle, sarjana nuklir UCLA, Los Angeles. Sembari menjadi dosen bantu di Universitas Gadjah Mada, ia lakukan analisis kimia dan fisika atas beberapa potongan keris lama. Sayang, penelitian dihentikan akibat gejolak politik anti-AS saat itu.

Yang paling spektakuler dilakukan oleh tiga sarjana fisika nuklir Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Yogyakarta, yakni Haryono Arumbinang, M.Sc, Dr. Sudyartomo Suntono, dan Dr. Hadi Susanto.

Penelitian di tahun 1983 dengan peralatan modern itu dilakukan terhadap delapan bilah keris, lima tombak, dan sebilah pedang tua, yang ditaruh bergantian di atas tabung nitrogen cair. Terhadap masing-masing ujung bilah, tengah, dan pangkalnya, ditembakkan sinar gamma. Susunan atom di bagian-bagian keris itu akan memancarkan sinar X, yang dipantau detektor silicum-lithium (Sili), yang hasilnya kemudian dianalisis dengan spektrometer atau analisator pulsa tinggi, dilengkapi komputer. Hasil berupa spektrum tampak pada layar oksiloskop yang dilengkapi kamera polaroid. Ternyata, bahan pamor pada tosan aji itu mengandung titanium.

Penelitian dikembangkan ke batu pamor. Sekeping batu pamor Prambanan mengandung kapur, titanium, besi. zirkonium, dan niobium. Akan tetapi tak terdapat nikel.

Hal ini menggugurkan pendapat para peneliti Barat bahwa pamor keris selalu mengandung nikel. Agaknya, nikel hanya terdapat pada keris yang tergolong muda. Berbeda dengan keris-kens tua, dari zaman Mataram misalnya, yang dipastikan mengandung titanium. Lagi pula, titanium tak mungkin bisa dideteksi melalui analisis kimiawi.

Betapa para empu kita ratusan tahun lalu telah memanfaatkan teknologi masa kini, dengan menggunakan titanium, yakni unsur logam yang amat keras, tahan karat, tahan panas, berwarna putih mengkilat keperakan (Ensiklopedi Keris). Karena titik didihnya teramat tinggi, maka kandungan titanium batu meteor yang jatuh ke Bumi masih tersisa cukup banyak.

Kini titanium dipakai sebagai bahan pelapis peluru kendali antarbenua, roket luar angkasa, dan berbagai perlengkapan wahana angkasa luar. Padahal, keris leluhur kita telah mendahuluinya berabad-abad sebelumnya.

Mengalir ke luar negeri

Pengakuan dunia internasional dikhawatirkan akan menyedot datangnya orang asing pemburu keris, yang karena modalnya kuat bukan tak mungkin akan memperderas mengalirnya keris berkualitas ke luar negeri.