Find Us On Social Media :

Raden Saleh Sang Pangeran Ajaib Dan Inspirasi Baju Indonesia Pada Pembukaan Olimpiade Paris 2024

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:06 WIB

Raden Saleh

Terkapar bersimbah darah

Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Mereka pun berniat "memberi pelajaran". Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden Saleh menyingkir.

Ketidak munculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekat karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya. Benar, pintu rumahnya terkunci dari dalam. Prasangka mereka makin buruk. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah!

Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia," ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun ngeloyor pergi, menanggung malu.

Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelius Krussemen dan tema pemandangan dari Andreas Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.

Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Prasangka mereka, "Lain Barat, Lain Timur" gugur seketika. Mana sangka pelukis muda dari Indie itu dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.

Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werk-tuigkunde" (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Minister van Kolonieen, Raja Willem I (1772 -1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi sokongan uang dari kolonial kas Nederland dihentikan.

Saat pemerintahan Raja Willem II (1792 - 1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.

Di Eropa tetap berblangkon

Tapi, jiwa seninya belum terpuaskan. Seni lukis Belanda, baginya, tidak menempuh jalan sendiri, tetapi selalu mengekor aliran di Prancis. Wawasan seninya pun makin berkembang seiring dengan terbitnya kekaguman pada karya tokoh romantisme Eugene Delacroix (1798 - 1863), pelukis Perancis legendaris. Ia pun intens terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.

Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata Revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau mempengaruhi dirinya. Dari Prancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan di tahun 1846.

Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Tanah Air bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.