Find Us On Social Media :

Arsip Intisari: Latar Belakang Penjajahan Israel Atas Palestina

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 16 Juli 2024 | 11:34 WIB

Balfour Declaration atau Deklarasi Balfour yang dianggap sebagai pintu masuk pendudukan Israel kepada bangsa Palestina.

Proses tersebarnya bangsa Yahudi ke seluruh dunia sebenarnya telah berjalan sejak selesainya masa pembuangan Babilonia di abad 6 SM. Di awal abad 1 M saja, sudah ada 5 juta orang Yahudi yang menetap tersebar di wilayah kerajaan Romawi. Bangsa Yahudi adalah salah satu dari bangsa-bangsa di dunia yang mempunyai kesadaran rasial dan nasional yang amat kuat.

Meskipun negara mereka telah hancur dan berabad-abad menetap di negeri orang, dan bercampur darah dengan anak negeri setempat, mereka masih tetap juga bisa memelihara identitas mereka sebagai orang Yahudi. Hal yang memungkinkannya adalah karena pada mereka ada ikatan keagamaan (agama Yahudi) yang amat kuat, yang di dalamnya terpateri pula kesadaran sejarah nenek moyangnya di masa lampau.

Di mana-mana orang Yahudi biasanya tinggal menyendiri di perkampungan Yahudi yang disebut Ghetto. Umumnya mereka hidup sebagai pedagang, bankir atau rentenir; terkenal rajin, ulet dan hemat (terkenal pelit), sehingga banyak di antara mereka menjadi jutawan. Sifatnya yang demikian itu, ditambah lagi dengan sifatnya yang sukar untuk berasimilasi, menyebabkan di berbagai negeri sering timbul gerakan anti -Yahudi atau anti-Semit dari penduduk negeri setempat; seperti yang pernah terjadi di Rusia tahun 1882, dan di Jerman di masa pemerintahan Adolf Hitler.

Sering timbulnya gerakan anti Semit itulah yang kemudian mendorong lahirnya gerakan Zionisme sedunia. Gerakan ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1896 oleh Dr. Theodore Herzl, seorang Yahudi Hongaria di Paris. Menurut Herzl, satu-satunya obat mujarab untuk menanggulangi anti Semit di dunia adalah, menciptakan suatu tanah air bagi bangsa Yahudi.

Melalui pamfletnya yang berjudul "Der Yuden Staat” ia telah mempropagandakan cita-citanya itu. Pada mulanya Herzl belum menegaskan di mana letak tanah air bangsa Yahudi itu. Disebut-sebutnya mula-mula Argentina dan Palestina. Tetapi dalam kongres kaum Zionis pertama di Basel, Swiss tahun 1897, mereka telah menetapkan Palestina sebagai pilihannya.

Ada yang beranggapan, bahwa pengertian nation bagi umat Yahudi sekarang ini sesungguhnya telah kabur. Begitu juga sulit untuk menyebut umat Yahudi itu sebagai volk atau ras, karena pada mereka tak kedapatan lagi keseragaman watak dan ciri-ciri jasmani. Hal ini diakui pula oleh seorang sosiolog Yahudi terkenal, George Friedman.

Pada garis besarnya sekarang ini ada dua macam orang Yahudi. Orang Yahudi Eropa, berkulit putih, tingkat hidupnya sudah tinggi dan maju, dan dalam segala hal merasa dirinya lebih, dan orang Yahudi dari Afrika dan Asia yang berkulit berwarna, umumnya terbelakang dan miskin. Orang Yahudi-Eropa itulah yang kini mendominasi dan berkuasa di negara Israel.

Di luar kedua golongan itu, masih ada lagi orang Yahudi kaum proselit. Yaitu mereka yang sebenarnya bukan orang Yahudi, tetapi kemudian meng-Yahudikan diri karena mereka memeluk agama Yahudi. Mereka ini banyak terdapat di Asia, Afrika dan di Eropah Timur (Ukraina, Polandia).Dengan pengertian nation yang kabur itulah kini kaum Zionis dengan dalih sejarah keturunan Yakub, menuntut Palestina sebagai tanah air mereka.

Tanpa mereka memikirkan hak bangsa lain, bangsa Arab Palestina yang telah menjadi penduduk pribuminya. Gara-gara politik Inggris di Timur Tengah Waktu Perang Dunia I pecah (1914-1918), di front Timur Tengah, Inggris harus menghadapi kekuatan Turki sebagai lawan utama. Untuk itu Inggris lalu mendekati rakyat Arab di daerah tersebut, untuk diajak bersama-sama melawan Turki.

Dengan janji manis kalau Inggris menang, bangsa Arab akan dibebaskan dari penjajahan Turki dan diberi kemerdekaan. Tetapi sementara itu, tanpa setahu pihak Arab, Inggris pun telah mendekati pula kaum Zionis Yahudi, yang pada saat itu pada umumnya lebih cenderung pro-Jerman.

Terutama orang-orang Yahudi di Amerika Serikat dikhawatirkan akan melambatkan bantuan perang A.S kepada Inggris. Sedang orang-orang Yahudi di Rusia yang berpengaruh besar dalam Partai Komunis (Bolshevik) dikhawatirkan akan bisa mendorong Rusia berdamai sepihak dengan Jerman.

Karena itu ketika kaum Zionis melalui Baron de Rothschild, jutawan Yahudi, berkirim surat kepada Menlu Inggris Balfour, yang berisi permohonan agar Inggris menyatakan simpatinya kepada Zionisme, maka serta-merta pada tanggal 2 November 1917, Balfour telah menjawabnya.