Find Us On Social Media :

Menguras Gentong Raja Mataram Ternyata Tak Bisa Sembarangan, Ada Ritualnya

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 6 Juli 2024 | 13:11 WIB

Di lingkungan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, menguras gentong Raja Mataram bukan perkara sepele. Ada ritual khusus yang harus dilakukan.

Hadiah negara sahabat

Empat tempayan yang akan dikuras ada di balik gerbang Supit Urang. Karena berukuran jumbo, keberadaannya sangat mencolok mata. Tak mungkin tak terlihat oleh siapa pun yang melintasi gerbang masuk ke kompleks makam Sultan Agung itu. Di beberapa tempat, di samping kaki tangga menuju ke gapura terdapat pendopo, tempat para peziarah beristirahat.

Yang menarik, fenomena personifikasi, sebagaimana orang Jawa biasa lakukan terhadap benda-benda keramat bernilai sakral, melekat juga pada gentong-gentong - kabarnya hadiah dari empat negara sahabat terkemuka Mataram pada waktu itu.

Mari kita kenali gentong-gentong yang bakal dicuci ini satu per satu. Gentong pertama dan kedua, dijuluki "Kyai Mendung" (hadiah dari Ngerum, kini Turki) dan "Nyai Siyem" (mungkin dari Thailand atau Myanmar). Keduanya dimiliki oleh Keraton Surakarta.

Sementara gentong ketiga dan keempat, "Kyai Danumaya" dari Aceh dan "Nyai Danumurti" dari Palembang dimiliki Keraton Yogyakarta. Seperti barang-barang keramat lain, keempat gentong koleksi makam itu pun menyimpan banyak cerita. Misalnya, ada versi yang menyebut, enceh tersebut dulunya digunakan oleh pendiri Mataram, Sultan Agung sebagai tempat berwudhu.

Sedangkan cerita lain yang juga dipercaya banyak orang, air dari gentong itu dulu dipakai oleh Sultan Agung untuk mengobati beragam penyakit alias berkhasiat obat.

Kompleks Makam Imogiri memang dikelola secara bersama oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Masing-masing memiliki semacam perwakilan, yang bertindak sebagai penanggung jawab alias juru kunci di sana, yang disebut "Bupati". Nah, hajatan "Nguras Enceh" merupakan salah satu tugas yang dibebankan kepada kedua "Bupati" itu, yang wajib dilaksanakan pada Bulan Suro (Muharam), bertepatan dengan hari Jumat atau Selasa Kliwon.

Dijaga prajurit

Sebagai "pemanasan", satu hari sebelum acara nguras-menguras dilaksanakan, masing-masing "Bupati" akan menyerahkan siwur khusus untuk membersihkan gentong keramat kepada para abdi dalem, baik dari Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta.

Sejak sekitar delapan tahun lalu, peristiwa penyerahan siwur sakral ini dibikin "lebih meriah", dengan diiringi arak-arakan bak karnaval.