Find Us On Social Media :

Ketika Ekonomi Dan Perdagangan Kota Solo Zaman Dulu Sangat Bergantung Pada Bengawan Solo

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 21 Juni 2024 | 14:29 WIB

Litograf berdasarkan lukisan asli karya A. Salm tentang Bengawan Solo. Sejak dulu, Bengawan Solo punya peran penting terhadap ekonomi dan perdagangan Kota Solo.

Yaitu terpeliharanya kesenian, adat-istiadat dan perilaku tradisional dalam lingkungan istana, yang di luar tembok sudah tidak digunakan atau disesuaikan dengan kondisi, lebih-lebih di daerah-daerah yang langsung diperintah oleh Belanda.

Raja juga mendapatkan hak tertinggi atas penguasaan tanah. Meski begitu, raja biasanya membagikan tanah-tanah itu kepada sentana dalem, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagai tanah gadhuhan.

Di wilayah kerayaan sendiri, tanah dibagi menjadi dua bagian. Pertama, bumi narawita, yaitu tanah yang menghasilkan sesuatu yang ditentukan dan diperlukan oleh raja. Tanah-tanah itu terdiri atas bumi pamajegan, bumi pangrambe, dan bumi gladag.

Kedua adalah bumi lungguh atau tanah apanage. Ini adalah tanah gadhuhan diberikan kepada abdi dalem sebagai gaji berupa bumi palungguhan. Tanah itu diberikan selama mereka masih menduduki jabatan dalam pemerintahan. Karena itulah patih diberi hak untuk memungut sebagian hasil apanage-nya.

Lalu bagaimana status para penggarap lahan, mereka hanyalah sekedar menggaduh dari penguasa. Biasanya, hak gaduh ditandai dengan diserahkannya lebih dari separuh hasil panen kepada penguasa.

Meski begitu, sebagian besar tanah diserahkan penguasa kepada bekel. Dalam praktiknya, bekel biasanya akan menyerahkan pengerjaannya kepada para petani penggarap dengan ketentuan pembagian hasil 20 % untuk bekel, 40 % untuk pihak yang berhak nggaduh atas tanah itu, dan 40 % sisanya untuk petani yang bersangkutan.

Selain itu, para petani dibebani kewajiban membangun, memperbaiki, dan memelihara jalan, melakukan ronda, wajib kerja pada pemegang hak gaduh, dan menyediakan bahan makanan kepada para penguasa atau bangsawan pada peristiwa-peristiwa tertentu.

Komoditas di wilayah Solo saat itu masih seputar padi, kopi, juga tebu dan lada meskipun tidak begitu banyak. Ada juga kapal tom yang hanya ditanam untuk keperluan sendiri. Tembakau dan kacang-kacangan banyak yang dijual ke pasar-pasar.

Selain dari bidang pertanian dan perkebunan di daerah Surakarta juga terkenal sebagai penghasil kerajinan, batik. Sekitar 1890 kerajinan rumah mulai berkembang dan hasilnya dijual di pasar-pasar sekitar perkebunan dan bahkan menjangkau pasar di luar daerah Surakarta.

Kerajinan batik tulis yang semula merupakan monopoli keluarga bangsawan sejak tahun 1890-an dibuat oleh orang-orang Cina. Ketika itu kain batik sudah menjangkau pasar-pasar seluruh Jawa dan Priangan. Bahan-bahan baku batik seperti katun, damar, malam, dan soga distribusinya dikuasai oleh para pedagang Cina.

Selain batik, di Solo juga ada kerajinan kuningan, pasarnya bahkan sudah sampai ke Semarang.

Untuk moda transportasi perdagangan, untuk jarak jauh, biasanya menggunakan gerobak atau cikar yang mampu menempuh jarak 40 paal sehari. Perjalanan yang lebih dari sehari memerlukan penginapan yang sekaligus menjadi tempat transit para pedagang.