Find Us On Social Media :

8 Februari 1904, Ketika Belanda Mengakhiri Perang Habis-habisan Di Aceh Usai Lakukan Pembantaian

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 7 Februari 2024 | 08:17 WIB

Perang Aceh menjadi salah satu perang terberat yang dirasakan oleh Belanda. Mereka membutuhkan 30 tahun untuk memadamkannya.

Salah satu faktor utama perang ini adalah pentingnya Kesultanan Aceh dalam perdagangan internasional setelah Terusan Suez dibuka.

Hal tersebut meningkatkan keinginan Belanda untuk menguasai wilayah Kesultanan Aceh.

Sebelumnya Belanda telah berhasil menguasai sebagian wilayah Kesultanan Deli yang mencakup Serdang, Asahan, dan Langkat berdasarkan Perjanjian Siak pada 1858.

Padahal, wilayah-wilayah tersebut awalnya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh.

Perjanjian London tahun 1824 sebenarnya mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh atas wilayahnya.

Tapi dengan munculnya Perjanjian Siak dan intervensi Belanda, Kesultanan Aceh merasa bahwa Belanda telah melanggar perjanjian London.

Dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya dan melawan penjajahan Belanda, Kesultanan Aceh pun memulai pertempuran.

Selama perang ini, Kesultanan Aceh bahkan berhasil menenggelamkan kapal-kapal Belanda yang melewati perairan mereka.

Pada 1871, Belanda dan Inggris mencapai perjanjian.

Inggris pun menyerahkan kendali atas Aceh kepada Belanda. Hal ini mendorong Kesultanan Aceh untuk mengambil tindakan diplomatis untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Perang Aceh sendiri dibagi dalam empat babak karena saking panjanngya.

Masing-masing babak melibatkan beragam strategi baik dari pihak Kesultanan Aceh maupun pihak Belanda.