Find Us On Social Media :

Ini Nama Murid Syekh Abdul Rauf Yang Paling Berjasa Mendakwahkan Islam Kepada Kamu Bangsawan Kerajaan Pagaruyung

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 4 Desember 2023 | 17:17 WIB

Syekh Burhanuddin Ulakan, murid Syek Abdul Rauf As-singkili, ulama paling berjasa mendakwahkan Islam kepada kaum bangsawan Kerajaan Pagaruyung.

Intisari-Online.com - Artikel ini muncul dari pertanyaan seorang netizen di internet, begini:

"Syekh Abdul Rauf dapat dikatakan sebagai poros sejumlah ulama ?Nusantara. Adapun nama muridnya yang paling berjasa mendakwahkan Islam kepada kaum bangsawan Kerajaan Pagaruyung adalah...."

Inilah nama murid Syekh Abdul Rauf yang paling berjasa mendakwahkan Islam kepada kaum bangsawan Kerajaan Pagaruyung.

Tapi sebelum lebih jauh membahas sang murid, baiknya kita membahas dulu sang guru.

Dialah Syekh Abdurrauf as-Singkili atau Teungku Syiah Kuala atau Syekh Abdul Rauf Singkil, seorang ulama besar dari Aceh.

Dia adalah orang pertama yang memperkenalkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.

Syekh Abdul Rauf juga pernah menjadi mufti (penasihat) Kerajaan Aceh dan tercatat sebagai penulis yang produktif melahirkan karya berupa kitab-kitab agama Islam.

Nama lengkapnya Aminudin Abdur Rauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri as-Singkili lahir di Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, pada tahun 1615.

Keluarga Syekh Abdurrauf as-Singkili berasal dari Persia, kemudian menetap di Singkil sejak akhir abad ke-13.

Guru pertama Syekh Abdul Rauf adalah ayahnya sendiri, yang mengajarinya sejak madrasah.

Dia juga menuntut ilmu di lembaga pendidik yang dipimpin oleh Syekh Hamzah Fansuri di Barus, lalu ke Timur Tengah, seperti Mesir dan Arab Saudi.

Syekh Abdurrauf as-Singkili bahkan tinggal di Mekkah selama sekitar 19 tahun dan belajar kepada puluhan ulama.

Beberapa gurunya antara lain Muhammad Al-Babili, Muhammad al-Barzanji, Muhammad Al-Babili, Muhammad al-Barzanji, Hamzah Fansuri, Syekh Ibrahim bin Abdullah Jam’an, Syekh Ahmad Qusyasi, dan Syekh Ibrahim al-Kurani.

Tak hanya belajar ilmu agama, Syekh Abdul Rauf juga belajar sejarah, mantik, filsafat, juga sastra.

Dia kemudian menguasai tasawuf, fikih, hadis, dan tafsir.

Syekh Abdul Rauf kembali ke Aceh pada 1662 dan menjadi orang pertama yang memperkenalkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.

Aliran ini tidak hanya disebarkan di Aceh, tetapi juga di Minangkabau dan Cirebon, Jawa Barat.

Sebagai ulama besar yang berpengaruh, Syekh Abdurrauf as-Singkili pernah dipercaya menjadi mufti Kerajaan Aceh pada masa Sultanah Safiatuddin.

Jabatan mufti atau syaikhul Islam memiliki pengaruh besar dalam pembuatan kebijakan-kebijakan keagamaan, sosial, dan politik kerajaan, bahkan memberi nasihat langsung kepada sultan atau sultanah.

Syekh Abdurrauf as-Singkili pernah mengeluarkan fatwa bahwa perempuan boleh menjadi pemimpin negara.

Hal itu terjadi saat Sultan Iskandar Thani wafat pada 1641 tanpa meninggalkan ahli waris, permaisurinya, Sultanah Safiatuddin, yang menjadi pemimpin Kerajaan Aceh.

Menurut para ulama, keputusan itu menunjukkan bahwa fikih Syekh Abdurrauf as-Singkili bersifat dinamis atau tidak kaku, dan dapat menyesuaikan dengan perubahan tatanan dunia baru.

Dalam bidang keilmuan Islam, Syekh Abdurrauf as-Singkili disebut-sebut sebagai mahaguru di Nusantara.

Muridnya tidak hanya tersebar di Pulau Sumatera, tetapi juga di Jawa.

Syekh Abdurrauf as-Singkili dapat dikatakan sebagai poros sejumlah ulama Nusantara.

Adapun nama muridnya yang paling berjasa sehingga mampu mendakwahkan Islam kepada kaum bangsawan Kerajaan Pagaruyung adalah Syekh Burhanudin Ulakan.

Siapa Syekh Burhanuddin Ulakan?

Dia dikenal sebagai Burhanuddin Ulakan Pariaman, lahir di Sintuk, Sintuk Toboh Gadang, Padang Pariaman, pada 1646.

Syekh Burhanuddin Ulakan adalah ulama yang berpengaruh di daerah Minangkabau, juga pengamal Tarekat Shatariyah di daerah itu.

Syeikh Burhanuddin lahir dengan nama Pono, di Ulakan, Pariman.

Dia tidak belajar Islam sejak kecil karena lingkungan yang tidak mendukung.

Baru setelah kenal dengan seorang pedagang Gujarat, Syekh Burhanuddin Ulakan akhirnya memeluk dan belajar lebih dalam tengan Islam.

Saat dewasa, dia memutuskan merantau untuk menuntut ilmu.

Syekh Burhanuddin pernah belajar di Aceh dan berguru kepada Syekh Abdul Rauf.

Selama sepuluh tahun, Syeikh Burhanuddin banyak belajar ilmu-ilmu keislaman maupun tarekat dari gurunya, Syekh Abdul Rauf.

Dia mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab, tafsir, hadis, fikih, tauhid, akhlak, tasawuf, aqidah, syari'ah dan masalah-masalah yang menyangkut tarekat, hakikat dan makrifat.

Setelah itu, dia mendirikan pesantren dan mengembangkan Taretak Shatariyah di tanah kelahirannya.

Dari situlah Syekh Burhanuddin Ulakan mendapatkan banyak pengikut termasuk keluarga bangsawa Kerajaan Pagaruyung.