Find Us On Social Media :

Marsose, Pasukan Bayaran Belanda yang Menjadi Mimpi Buruk Gerilyawan Aceh

By Afif Khoirul M, Senin, 9 Oktober 2023 | 17:15 WIB

Pasukan Marsose Belanda.

Pasukan Marsose berhasil menorehkan beberapa prestasi dalam perang Aceh.

Mereka dapat menguasai daerah-daerah pedalaman yang sebelumnya sulit dijangkau oleh pasukan Belanda.

Mereka juga dapat menemukan dan mengejar para pemimpin gerilya Aceh yang bersembunyi di berbagai tempat.

Salah satu tokoh besar Aceh yang berhasil dikalahkan oleh pasukan Marsose adalah Teuku Umar.

Teuku Umar adalah seorang ulama dan pejuang Aceh yang sangat disegani oleh rakyatnya.

Ia bersama istrinya, Tjoet Nja' Dhien, memimpin perlawanan gerilya melawan Belanda di daerah Meulaboh dan sekitarnya.

Pada tahun 1899, Teuku Umar berhasil mengecoh Belanda dengan pura-pura menyerah dan bergabung dengan mereka.

Ia kemudian memperoleh senjata, amunisi, dan pasukan dari Belanda, yang kemudian ia gunakan untuk kembali melawan mereka.

Baca Juga: Strategi dan Taktik Perang Laut Kerajaan Demak dalam Menghadapi Ancaman Portugis di Malaka

Namun, aksi Teuku Umar tidak berlangsung lama. Pada tahun yang sama, ia tewas dalam pertempuran di Meulaboh akibat serangan mendadak pasukan Marsose yang dipimpin oleh Kapten G.J.W.C.H. Graafland.

Kematian Teuku Umar merupakan pukulan besar bagi perlawanan Aceh dan menjadi kemenangan besar bagi pasukan Marsose.

Pasukan Marsose terus beroperasi di Aceh hingga tahun 1904, ketika perang Aceh secara resmi diakhiri oleh Belanda dengan penandatanganan Perjanjian Damai antara Belanda dan Sultan Aceh.

Namun, pasukan Marsose tidak dibubarkan begitu saja.

Mereka masih digunakan oleh Belanda untuk menumpas pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Lombok.

Pasukan Marsose baru dibubarkan pada tahun 1942, ketika Jepang menginvasi Indonesia dan mengalahkan Belanda.

Pasukan Marsose adalah salah satu contoh dari bagaimana Belanda menggunakan strategi divide et impera atau memecah belah untuk menguasai Indonesia.

Dengan merekrut orang-orang pribumi untuk menjadi pasukan bayaran mereka, Belanda dapat mengurangi biaya dan korban jiwa dari pihak mereka sendiri, sekaligus menimbulkan konflik dan permusuhan antara sesama pribumi.

Pasukan Marsose juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh uang dan kekuasaan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.