Find Us On Social Media :

Marsose, Pasukan Bayaran Belanda yang Menjadi Mimpi Buruk Gerilyawan Aceh

By Afif Khoirul M, Senin, 9 Oktober 2023 | 17:15 WIB

Pasukan Marsose Belanda.

Intisari-online.com - Perang Aceh adalah salah satu perang terpanjang dan terberat yang pernah dialami oleh Belanda dalam usahanya untuk menguasai wilayah Indonesia.

Perang ini berlangsung selama lebih dari 30 tahun, dari tahun 1873 hingga 1904, dengan beberapa kali gencatan senjata dan perjanjian damai yang tidak bertahan lama.

Perlawanan rakyat Aceh yang gigih dan berani membuat Belanda harus mengeluarkan banyak tenaga, biaya, dan korban jiwa untuk menaklukkan daerah tersebut.

Salah satu faktor yang membuat perang Aceh sulit diselesaikan adalah strategi gerilya yang diterapkan oleh para pejuang Aceh.

Mereka tidak menghadapi pasukan Belanda secara frontal, melainkan melakukan serangan-serangan mendadak dari berbagai arah, terutama dari pegunungan dan hutan-hutan.

Mereka juga memanfaatkan keadaan alam yang sulit dan tidak dikenal oleh pasukan Belanda, serta dukungan rakyat yang setia dan bersedia membantu mereka.

Untuk mengatasi strategi gerilya Aceh, Belanda kemudian membentuk sebuah pasukan khusus yang disebut Korps Marechaussee te Voet, atau Marsose dalam bahasa Indonesia.

Pasukan ini dibentuk pada tahun 1890 oleh Jenderal G.G.J. Notten, sebagai tanggapan taktis terhadap perlawanan gerilya di Aceh.

Baca Juga: Perang Bali I, Penyebab dan Dampak Runtuhnya Kerajaan Buleleng

Pasukan ini terdiri dari orang-orang pribumi yang direkrut dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan lain-lain.

Mereka dilatih secara khusus untuk menjadi pasukan kontra-gerilya yang tangguh, gesit, dan efektif.

Pasukan Marsose memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pasukan reguler KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda).