Find Us On Social Media :

Mengenal Orang Jawa Suriname, Bagaiamana Sejarah, Migrasi, Perbedaan Bahasa, dan Kehidupan Masyarakatnya

By Afif Khoirul M, Jumat, 22 September 2023 | 18:30 WIB

Ilustrasi - Negara Suriname dengan penduduk orang Jawa.

Intisari-online.com - Orang Jawa Suriname adalah salah satu kelompok etnis di Suriname, sebuah negara di Amerika Selatan yang berbatasan dengan Guyana, Brasil, dan Guyana Prancis.

Orang Jawa Suriname merupakan keturunan dari orang-orang Jawa yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia) ke Suriname pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 untuk bekerja sebagai buruh kontrak di perkebunan tebu, kopi, dan kakao.

Sejarah Migrasi

Migrasi orang Jawa ke Suriname dimulai pada tahun 1890, ketika Belanda mencari tenaga kerja murah untuk menggantikan budak-budak Afrika yang telah dibebaskan pada tahun 1863.

Belanda memilih orang Jawa karena mereka dianggap sebagai pekerja yang rajin, taat, dan mudah diatur.

Selain itu, Belanda juga ingin mengurangi kepadatan penduduk di Jawa yang saat itu mengalami krisis ekonomi dan sosial akibat sistem tanam paksa .

Dalam kurun waktu 44 tahun (1890-1939), sekitar 33.000 orang Jawa berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta menuju Suriname dengan kapal-kapal yang disebut "kromo" (berarti "orang" dalam bahasa Jawa).

Perjalanan mereka berlangsung selama sekitar dua bulan dan penuh dengan kesulitan dan bahaya. Banyak dari mereka yang meninggal karena penyakit, kelaparan, atau tenggelam.

Setelah tiba di Suriname, orang-orang Jawa harus bekerja keras di perkebunan-perkebunan milik Belanda dengan upah yang sangat rendah.

Mereka juga menghadapi diskriminasi dan penindasan dari pihak berwenang dan masyarakat setempat.

Meskipun demikian, mereka tetap berusaha mempertahankan identitas dan budaya mereka dengan membentuk komunitas-komunitas yang disebut "kampong" (berarti "desa" dalam bahasa Jawa).

Di sana, mereka membangun rumah-rumah panggung, masjid-masjid, sekolah-sekolah, dan pasar-pasar yang menyerupai kampung halaman mereka di Jawa.

Baca Juga: Sejarah Suriname Jawa: Sekitar 33.000 Orang Jawa Didatangkan ke Suriname Usai Dihapuskannya Perbudakan di Koloni Belanda

Pada tahun 1939, migrasi orang Jawa ke Suriname dihentikan karena pecahnya Perang Dunia II. S

etelah perang berakhir, Belanda memberikan kesempatan kepada orang-orang Jawa untuk kembali ke Indonesia atau tetap tinggal di Suriname.

Sebagian besar dari mereka memilih untuk tetap tinggal di Suriname karena merasa sudah terbiasa dengan lingkungan dan kondisi hidup di sana.

Namun, sebagian kecil dari mereka memilih untuk kembali ke Indonesia atau pindah ke negara-negara lain seperti Belanda, Prancis, atau Amerika Serikat .

Perbedaan Bahasa

Orang-orang Jawa yang tinggal di Suriname menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu mereka.

Namun, bahasa Jawa yang mereka gunakan berbeda dengan bahasa Jawa yang digunakan di Indonesia.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

- Pengaruh bahasa-bahasa lain yang digunakan di Suriname, seperti bahasa Belanda, bahasa Sranan (bahasa kreol yang berasal dari bahasa Inggris), bahasa Hindustani (bahasa yang berasal dari India), dan bahasa-bahasa etnis lainnya .

- Kurangnya kontak dengan orang-orang Jawa di Indonesia yang menyebabkan terputusnya perkembangan bahasa Jawa .

- Perbedaan latar belakang sosial dan budaya antara orang-orang Jawa di Suriname dan Indonesia.

Beberapa contoh perbedaan bahasa Jawa antara Suriname dan Indonesia adalah sebagai berikut:

- Kata ganti orang pertama tunggal "aku" di Suriname diganti dengan "mi" yang berasal dari bahasa Sranan . Contoh: "Mi seneng mangan nasi" (Aku suka makan nasi).

- Kata ganti orang kedua tunggal "kowe" di Suriname diganti dengan "yu" yang berasal dari bahasa Sranan . Contoh: "Yu iso nyanyi?" (Kamu bisa nyanyi?).

Baca Juga: Tak Disangka! Ini Dia 5 Negara di Dunia Dengan Penduduk Orang Jawa

- Kata ganti orang ketiga tunggal "deweke" di Suriname diganti dengan "a" yang berasal dari bahasa Sranan . Contoh: "A lagi tidur" (Dia lagi tidur).

- Kata sapaan "mas" dan "mbak" di Suriname diganti dengan "bhai" dan "bahin" yang berasal dari bahasa Hindustani. Contoh: "Bhai, apa kabar?" (Mas, apa kabar?).

- Kata penunjuk tempat "kene" dan "kono" di Suriname diganti dengan "dya" dan "dono" yang berasal dari bahasa Hindustani . Contoh: "Dya ada warung" (Di sini ada warung).

- Kata penegasan "kok" di Suriname diganti dengan "toh" yang berasal dari bahasa Belanda . Contoh: "Toh, mi bilang begitu" (Kok, aku bilang begitu).

Kehidupan Masyarakat

Orang-orang Jawa di Suriname memiliki kehidupan masyarakat yang beragam dan dinamis. Mereka terlibat dalam berbagai bidang pekerjaan, seperti pertanian, perdagangan, industri, pendidikan, politik, seni, dan budaya.

Mereka juga memiliki organisasi-organisasi sosial, seperti asosiasi kampung, lembaga pendidikan, yayasan keagamaan, partai politik, dan kelompok seni.

Orang-orang Jawa di Suriname juga memelihara tradisi-tradisi budaya mereka, seperti upacara-upacara adat, musik-musik tradisional, tarian-tarian klasik, pakaian-pakaian khas, makanan-makanan lezat, dan permainan-permainan rakyat.