Find Us On Social Media :

Mengunjungi Pesanggrahan-pesanggrahan Yang Dibangun Hamengkubuwono I, Penguasa Pertama Keraton Mataram Yogyakarta

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 12 Juli 2023 | 11:36 WIB

Sejumlah pesanggrahan pernah dibangun Sultan Hamengkubuwono I, penguasa pertama Kesultanan Mataram Yogyakarta. Salah satunya Pesanggrahan Ambarketawang.

Sejumlah pesanggrahan pernah dibangun Sultan Hamengkubuwono I, penguasa pertama Kesultanan Mataram Yogyakarta. Salah satunya Pesanggrahan Ambarketawang.

Intisari-Online.com - Ada sejumlah pesanggrahan yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, penguasa pertama Keraton Mataram Yogyakarta.

Sebagian besar pesanggrahan itu digunakan untuk plesiran, tapi ada juga sebagai tempat tinggal sementara.

Tradisi membangun pesanggrahan tak berhenti kepada HB I, sejumlah penerusnya juga ada yang hobi membangun bangunan sejenis.

Pesanggrahan pertama adalah Pesanggrahan Ambarketawang di Gamping, Sleman.

Dikutip dari situs Jogjaheritagesociety.org, pesanggrahan ini digunakan sebagai kediaman sementara HB I pada 1755 hingga 1756.

HB I tinggal sementara di situ sembari mengawasi pembangunan Keraton Kasultanan Yogyakarta yang sekarang berada di pusat Kota Yogyakarta.

Pesanggrahan tersebut terdiri atas elemen benteng, gerbang, alun-alun, kandang kuda, dan ruang lain yang dibangun menyerupai kraton.

Ada kalanya pesanggrahan ini juga disebut sebagai "benteng" atau "istana" milik Keraton Yogyakarta.

Konon, pesanggrahan ini dibangun sebelum era Perjanjian Giyanti.

Bangunan ini dulunya dikenal sebagai Purapara, tempat singgah pada saat berpergian atau berburu.

Ada kemungkinan pesanggrahan ini sudah ada ketika Mataram Islam masih beribukota di Kartasura.

Fungsinya adalah sebagai pesanggrahan pada waktu raja dengan pengiringnya sedang berburu (mbedag-pikat) hewan di hutan Beringan dan sekitarnya.

Lalu ada Panggung Krapyak.

Ini adalah bangunan atau pesanggrahan yang juga dibangun pada masa HB I, mulai dibangun pada 1782 selesai 1788.

Pesanggrahan ini terletak di selatan kraton.

Bangunan ini dipakai sebagai tempat singgah saat keluarga keraton berburu binatang.

Panggung Krapyak disebut menjadi salah satu struktur bermakna filosofis-simbolik berdasarkan sumbu imajiner yang menjadi keunikan Yogyakarta, yaitu Gunung Merapi-Tugu Palgading-Kraton-Panggung Krapyak.

Bangunan ini merupakan rangkaian bangunan paling akhir pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana I.

Ada juga Tamansari.

Bisa dibilang ini adalah pesanggrahan paling mewah yang pernah dibangun oleh HB I.

Pesangggrahan ini dibangun pada 1758.

Bangunan ini berada di sebelah barat Keraton Yogyakarta.

Fungsinya untuk tempat rekreasi dan relaksasi bagi keluarga Keraton.

Ketika terjadi bahaya, tempat ini juga bisa digunakan sebagai benteng pertahanan.

Di samping itu, Tamansari juga difungsikan sebagai kebun milik Kraton Yogyakarta.

Tamansari dilengkapi dengan gerbang-gerbang yang indah, danau buatan dengan bangunan di tengahnya, berbagai kolam, berbagai bangunan fasilitas dan peristirahatan, serta jalan bawah tanah dan air.

Selain itu, terdapat 18 kebun dengan tanaman yang berbeda, mulai dari sayuran, bunga-bungaan, hingga rempah-rempah.

Mengutip situs Kementerian Kebudayaan, pembangunan Pesanggrahan Tamansari ditandai dengan candra sengkala Catur Naga Rasa Tunggal tahun Ehe, 1684 Jw (1758 M).

Pelaksana pembangunan Tamansari yaitu Tumenggung Mangundipura, dengan dukungan logistik dari Bupati Madiun, yaitu Raden Rangga Prawirasentika dan para bupati mancapraja lainnya.

Sebagai ganti dari kewajiban tersebut, Raden Rangga Prawirasentika kemudian diperbolehkan tidak menyampaikan pajak atau paosan setiap tahunnya.

Dukungan logistik tersebut tidak sampai selesai, karena biaya dan tanggung jawabnya sangat besar.

Pesanggrahan Tamansari dapat diselesaikan pembangunannya pada 7 Syawal 1691 Jawa atau 17675 M ditandai dengan candra sengkala Lajering Sekar Sinesep Peksi.

Bangunan-bangunan yang berada di kompleks Tamansari pada awalnya berjumlah 59 bangunan, tetapi saat ini yang masih dapat dikenali secara utuh berjumlah 21 bangunan.