Situs Gunung Gamping yang sekarang tinggal menyisakan bongkahan merupakan saksi bisu pembangunan Keraton Mataram Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono I.
Intisari-Online.com -Jika kita jalan-jalan di Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, tak jauh dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ada gundukan batu setinggi kira-kira 10 meter.
Tapi itu bukan sembarang gundukan batu.
Konon katanya, gundukan itu dulunya adalah sebuah bukit yang besar dan memanjang, yang oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai Gunung Gamping.
Yang membuatnya istimewa, Gunung Gamping adalah saksi bisu lahirnya Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Sebagian tembok Keraton Yogyakarta konon diambil dari bukit tersebut.
Tak jauh dari situ Gunung Gamping itu, terdapat bekas istana kecil yang dikenal sebagai Pesanggrahan Ambarketawang, tempat tinggal sementara Hamengkubuwono I sebelum pindah ke Keraton Yogyakarta.
Cagar alam Gunung Gamping terletak di Jalan Rajimin, Tridadi, Gamping, Sleman, sekitar empat kilometer dari pusat Kota Yogyakarta.
Tak jauh dari situ, ada Petilasan Keraton Ambarketawang.
Cagar Alam Gunung Gamping berada di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta.
Seperti disinggung di awal,Gunung Gamping kini hanya menyisakan gundukan dan bongkahan batu berdiameter sektiar 50 meter dan tinggi 10 meter.
Sugito, penduduk setempat yang dipercaya oleh BKSDA merawat tempat ini, kepada Tribun soal keberadaan Gunung Gamping.
Dia menjelaskan kenapaGunung Gamping hanya menyisakan bongkahan batu seperti saat ini.
Semua berawal dariaktivitas penambangan besar-besaran untuk produksi kapur pada era Hindia Belanda sekitar tahun 1800.
Tidak ada kepastian sejak kapan aktivitas penambangan besar besaran gamping ini berlangsung.
Namun fakta sejarah mencatat, sekira tahun 1800 tersebut, berkembangnya industri gula di Yogyakarta disinyalir menjadi penyebab utama.
Ini karena setiap pabrik gula saat itu membutuhkan ratusan ton kapur yang dihasilkan dari bahan batu gamping dari Gunung Gamping ini.
Alhasil, aktivitas penambangan menjadikan luasan area Gunung Gamping terus menerus menurun.
Menurut pengetahuan Sugito, awalnya batuan gamping di Gunung Gamping ini diambil untuk membuat Keraton Yogyakarta.
Sembari menunggu pembangunan Keraton Yogyakarta setelah Perjanjian Giyanti, HB I memilih tinggal di sekitar situpada1755 hingga 1756.
Di sinilah Pangeran Mangkubumi memantau pembangunan Keraton Yogyakarta yang sekarang masih ada.
Dari cerita yang berebdar, konon di atas bongkahan batu yang sekarang tersisa ini Pangeran Mangkubumi kerap bermunajat.
"Di atas seperti ada semacam petilasan atau bekas tempat duduk yang dipercaya sebagai tempat HB I dulu bertapa," kata Sugito.
Tak sembarang orang menurut Sugito bisa dan diperbolehkan ke atas bongkahan batu gamping ini.
Hanya petugas kebersihan yang diperbolehkan ke atas untuk merawat dan membersihkan area batu dari tanaman liar.
Itu pun dilakukan harus dengan sepengetahuan dan seizin pihak Keraton Yogyakarta.