Find Us On Social Media :

Hutan Ranjuri: Penyerap Karbon dan Mitigasi Bencana Masyarakat Sigi

By Ade S, Senin, 26 Juni 2023 | 09:03 WIB

Lokasi Hutan Ranjuri di Kabupaten Sigi tidak jauh dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, Palu. Hutan ini telah menyimpan karbon dan menyelamatkan Desa Beka dari bencana alam sejak lama. Masyarakat pun memuliakan hutan ini dengan tradisi adat berbasis budaya, agama, dan peraturan pemerintah, demi ke

Nama Desa Beka sendiri berarti desa "terbelah dua" dalam bahasa Kaili. Menurut mitologi Kaili, pernah ada batu yang terbelah di dalam hutan. Dari batu yang terbelah ini, muncul seorang bayi yang menjadi leluhur desa Beka.

Pengetahuan mitologi Kaili ini diwariskan secara lisan di setiap keluarga kepada anak mereka di Desa Beka. Tradisi lisan ini pun berupa nasihat agar tidak mengganggu hutan, seperti menebang pohon, bahkan memotong kayu hasil pohon yang tumbang karena lapuk atau badai. Kayu pohon yang tumbang boleh dimanfaatkan jika ditujukan untuk kepentingan masyarakat, contohnya pembangunan masjid.

Maka, masyarakat Desa Beka memuliakan hutan ini dengan menaruh beberapa seserahan di dalam hutan, dan juga melakukan ritual nitambuli. Seserahan itu berisi lima macam seperti pinang, tembakau, dan kapur sirih, yang merupakan tanda persahabatan antara manusia dan alam sebagai ciptaan Tuhan.

Sedangkan nitambuli adalah ritual yang biasanya umum dilakukan oleh orang Kaili dalam upacara pernikahan dan rasa syukur. Ritualnya berupa penancapan tongkat ke tanah dengan mengucapkan doa-doa tertentu.

"Karena sama-sama makhluk Allah subhanahu wa ta'ala tidak boleh ganggu. Kita tidak ganggu mereka, mereka tidak ganggu kita," terang Alam.

Alam juga seorang guru di pesantren yang paham betul akan ajaran agama. Dengan melakukan kegiatan tradisional kepada hutan, bukan berarti syirik (menyekutukan Tuhan), tetapi bagaimana berinteraksi sesama makhluk Tuhan supaya alam terjaga.

"Islam datang ke Sulawesi Tengah ini seperti para wali di Jawa," kata Alam. "Ulama-ulama mengadopsi tradisi budaya yang sudah ada di sini agar bisa diterima, artinya kan agama dan tradisi bisa jalan bersama-sama untuk memperbaiki alam di sini."

Dia pun mengutip surah ar-Rum ayat 41 yang berbunyi: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Sehingga, kesadaran bagi umat muslim untuk menjaga kelestarian lingkungannya diperlukan dengan cara apa pun, termasuk lewat tradisi. Alam berpendapat, Islam punya pokok pikiran untuk konservasi, sedangkan tradisi punya pengetahuan tentang cara konservasinya. Hal itu harus "dilakukan secara seimbang, tidak boleh berat sebelah," lanjutnya.

Alam mengatakan bahwa organisasi Islam yang ada di lingkungan Desa Beka sering dilibatkan dalam perlindungan Hutan Ranjuri, seperti rutinitas penanaman pohon.

Pemerintah daerah pun mendukung dengan usaha pelestarian Hutan Beka ini. Afit mengatakan, pemerintahan kabupaten sedang menuju arah perekonomian hijau yang sebenarnya sudah digagas sejak lama, sebelum masuknya Sigi dalam LTKL.

"Kami ada usaha untuk menanam 10.000 pohon dan satu juta pohon bambu," kata Afit. Usaha hijau ini merupakan kesadaran Pemerintah Kabupaten Sigi akan bahaya bencana yang mengancam masyarakat.

"Upaya permerintah ini berbentuk Program Sigi Hijau," jelas Afit. Lewat program ini, usaha pelestarian lingkungan digencarkan, tetapi bersamaan dengan investasi perekonomian yang berkelanjutan.

(Afkar Aristoteles Mukhaer)

Baca Juga: Durian dan Kopi Sigi: Kekayaan Alam yang Lestari dan Lezat