Find Us On Social Media :

Durian dan Kopi Sigi: Kekayaan Alam yang Lestari dan Lezat

By Ade S, Minggu, 25 Juni 2023 | 12:03 WIB

Durian dan kopi Sigi bukan hanya lezat, tapi juga ramah lingkungan. Artikel ini mengungkap bagaimana Kabupaten Sigi memuliakan hasil alamnya.

Durian lokal di Sigi lebih kecil dan kulitnya lebih tebal dibandingkan durian montong, tetapi rasanya manis. Ketika matang di kebun, durian langsung jatuh dari pohon, bukan "dipaksa jatuh seperti durian lain," terang Andi.

Durian pun dimuliakan oleh masyarakat suku Kaili. Pohon durian dianggap sebagai makhluk hidup dan tidak boleh ditebang secara sembarangan.

"Sehingga, sampai sekarang dilestarikan. Bukan hanya dipetik tetapi juga di-giwu, didenda. Satu pohon ditebang bisa [dikenakan] delapan dulang karena pohon juga kehidupan, toh? Pohon adalah kehidupan," terang Andi.

Mereka punya kepercayaan bahwa durian diperkenalkan oleh makhluk mitologi. "Dulu kita belum kenal [durian], apa itu bisa dimakan atau tidak, itu pertama sekali. Lalu oleh seekor kuda, dibawa ke masyarakat. Dia makan," tutur Andi.

Kuda itu adalah salah satu penjelmaan Dompe, makhluk astral yang memberi petunjuk bagi masyarakat Kaili. Masyarakat mempelajari bahwa durian ternyata bisa dimakan.

Sejak saat itulah, durian pun dikonsumsi. "Mungkin dulu melihat durian―kulitnya berduri, tetapi ternyata ini banyak sekali manfaatnya. Selain dimakan mentah, dimasak," lanjutnya.

Hampir semua masyarakat desa di Kecamatan Marawola Barat memiliki kebun durian. Walau masyarakat membudidayakan tanaman lain seperti kopi, durian adalah tanaman utamanya di kebun.

Andi berani yakin, walaupun ada yang membeli benih durian khas Sigi dan ditanam di tempat lain, rasa buahnya tidak akan seenak di sini.

(Afkar Aristoteles Mukhaer)

Baca Juga: Desa Wayu, Surga Paralayang dengan Pemandangan yang Sangat Indah