Find Us On Social Media :

Mati-Matian Boikot Israel di Indonesia Begini Jawaban Dari Bung Karno?

By Afif Khoirul M, Kamis, 30 Maret 2023 | 15:10 WIB

Ilustrasi - Bung karno jika menjawab soal Indonesia dan Israel.

Intisari-online.com  - Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, tetapi memiliki kontak tidak resmi di bidang perdagangan, pariwisata dan keamanan.

Namun, Indonesia selalu bersuara keras dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menolak pendudukan Israel atas tanah mereka.

Apa alasan di balik sikap ini? Jawabannya dapat ditelusuri kembali ke presiden pertama Indonesia, Sukarno, atau Bung Karno.

Sukarno adalah seorang pemimpin antikolonial yang terkemuka di dunia ketiga pada saat itu. Dia berani bersuara melawan segala upaya imperialisme dan kolonialisme.

Isu tentang Israel pun menjadi perhatiannya. Sukarno tidak mengundang Israel dalam acara konferensi Asia Afrika yang sangat monumental itu.

Dia melarang tim nasional Indonesia bertandang melawan Israel dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1958.

Bung Karno juga tidak mengundang Israel dalam AFIFAsian Games 1962.

Sukarno tentu melakukan itu bukan tanpa alasan. Dia tahu betul konsekuensinya jika menolak atau memberikan sikap bermusuhan kepada Israel.

Indonesia bisa jadi bakal lebih terisolasi dari dunia luar. Sama seperti saat ini, ketika sejumlah politikus memutuskan menolak kehadiran dari Timnas Israel dan mendapat serangan balik dari FIFA.

Namun demikian, Bung Karno juga paham konstitusi yang disusun oleh para pemikir dan founding fathers pada awal kemerdekaan menghendaki dunia yang bebas dari kolonialisme dan imperialisme.

Tidak ada alasan untuk takut terhadap ancaman dari negara-negara pendukung Israel, khususnya Barat.

Baca Juga: Indonesia Tak Sendirian, Ini Negara-negara Yang Pernah Dibatalkan FIFA Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

"Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia menantang penjajahan Israel," kata Sukarno.

Tetapi sikap Sukarno saat itu terjadi ketika Indonesia masih memegang peranan cukup penting dalam konteks diplomasi global.

Indonesia menjadi salah satu inisiator gerakan Non-Blok yang berusaha menjaga keseimbangan kekuatan antara blok Barat dan blok Timur.

Indonesia juga menjadi salah satu pendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa tertindas di Afrika dan Asia.

Sukarno memandang pembentukan Israel tidak lain sebagai satu hasil nyata penjajahan Eropa yang masih bercokol di Asia pasca-Perang Dunia II.

Alasannya, entitas Yahudi itu eksis dengan jalan mencaplok tanah milik bangsa Palestina.

Sukarno merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membela hak-hak bangsa Palestina yang terjajah.

Sukarno juga mengkritik PBB yang dianggapnya sebagai kepanjangan tangan AS dan sekutunya.

Ketika terjadi agresi Israel ke Palestina pada tahun 1964, PBB hanya menyerukan agar Israel menarik diri dari Palestina.

Dan ketika seruan ini tidak digubris Israel, PBB diam seribu bahasa. Sukarno pun memutuskan untuk keluar dari PBB pada 7 Januari 1964 dengan alasan salah satunya adalah "Dengan menguntungkan Israel dan merugikan negara Arab (termasuk Palestina), PBB nyata-nyata menguntungkan imperialisme dan merugikan kemerdekaan bangsa-bangsa."

Sikap tegas Sukarno terhadap Israel menjadi warisan bagi generasi-generasi berikutnya di Indonesia.

Baca Juga: Bukan Karena Israel? Ternyata Ini Penyebab FIFA Coret Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Meskipun ada beberapa upaya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel di masa-masa selanjutnya, namun hal itu selalu mendapat tentangan dari berbagai pihak, terutama kelompok-kelompok Islam radikal yang anti-Israel dan anti-Yahudi 

Sikap tegas Sukarno terhadap Israel menjadi warisan bagi generasi-generasi berikutnya di Indonesia.

Meskipun ada beberapa upaya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel di masa-masa selanjutnya, namun hal itu selalu mendapat tentangan dari berbagai pihak, terutama kelompok-kelompok Islam radikal yang anti-Israel dan anti-Yahudi.

Indonesia tetap konsisten dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan dan kedaulatan.

Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina pada 16 November 1988.

Sejak itu, Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Palestina dan membuka kedutaan besar di Jakarta.

Indonesia juga aktif dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan pembangunan kepada Palestina.

Kemudian, menyumbangkan dana, obat-obatan, makanan, tenda dan bahan bangunan untuk membantu rakyat Palestina yang menderita akibat agresi Israel.

Indonesia juga memberikan beasiswa pendidikan, pelatihan kejuruan, bimbingan kesehatan dan program pemberdayaan perempuan kepada masyarakat Palestina.

Lalu, juga berperan dalam mendorong perdamaian antara Palestina dan Israel berdasarkan solusi dua negara sesuai dengan parameter yang disepakati secara internasional.

Setelah itu mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengadakan pertemuan khusus untuk menghentikan proses pemukiman ilegal Israel di wilayah Palestina.

Baca Juga: Jadi Bukti Kehebatan Pelaut Indonesia, Ini Kisah Kapal Kuno Nusantara Konon Digunakan Berlayar Hingga Persia Pada Abad ke-16?

Dorongan untuk komunitas internasional untuk bersatu dilakukan Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Indonesia dan Palestina memiliki hubungan yang sangat erat dan bersahabat.

Palestina adalah salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Mufti Besar Yerusalem dan Pemimpin Tertinggi Dewan Palestina, Sheikh Muhammad Amin al-Husaini dikreditkan untuk meningkatkan pengakuan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia, terutama melalui Liga Arab.

Mereka juga sepakat untuk menekan Inggris yang pasukannya telah tiba di Indonesia menjelang kedatangan Belanda, agar tidak mendukung Belanda.

Sebagai balas budi, Indonesia selalu membela hak-hak bangsa Palestina yang terjajah oleh Israel. Indonesia merasa memiliki ikatan sejarah, budaya dan agama dengan Palestina.