Find Us On Social Media :

Rahasia Gelap Tentara Bayaran Wagner Grup dengan Pemerintah Rusia

By Afif Khoirul M, Minggu, 26 Maret 2023 | 13:15 WIB

Ilustrasi - Tentara Bayaran Wagner Group di Ukraina.

Intisari-online.com - Terhentinya serangan Rusia ke Bakhmut, Ukraina Timur dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris, Sabtu (25/3/23).

Serang tersebut sebelumnya telah menyebabkan kedua belah pihak menderita banyak korban.

Berhentinya serangan Rusia ternyata dipicu oleh ketegangan antara Kementerian Pertahanan Rusia dengan Tentara Bayaran Grup Wagner.

"Rusia kemungkinan telah mengalihkan fokus operasionalnya ke Avdiivka, selatan Bakhmut, dan ke sektir Kremina-Svatove di utara," jelas Kementerian Pertahanan Inggris.

Tentara bayaran Wagner Grup sendiri merupakan tentara yang bergerak untuk membantu Rusia di Ukraina.

Tercatata ada beberapa fakta kelam tentang tentara bayaran Wagner Group dengan pemerintah Kremlin.

Wagner Group adalah sebuah perusahaan militer swasta yang didirikan oleh Yevgeny Prigozhin, seorang oligark dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Wagner Group telah berperan aktif dalam berbagai konflik di luar negeri atas nama Rusia, seperti di Ukraina, Suriah, Libya, dan Republik Afrika Tengah.

Namun, Kremlin selalu menyangkal memiliki hubungan resmi dengan kelompok ini dan mengklaim bahwa mereka adalah warga sipil yang bekerja secara sukarela.

Apa sebenarnya hubungan gelap antara Kremlin dan Wagner Group?

Mengapa pemerintah Rusia menggunakan tentara bayaran swasta untuk melaksanakan kebijakan luar negerinya yang ilegal dan kontroversial?

Baca Juga: Persamaan dan Perbedaan Pemerintahan Jepang di 3 Wilayah Indonesia

Bagaimana dampaknya bagi stabilitas dan keamanan regional dan global?

Hubungan gelap antara Kremlin dan Wagner Group

Wagner Group diduga didanai dan dikendalikan oleh badan intelijen militer Rusia, GRU, yang bertanggung jawab atas operasi rahasia dan khusus di luar negeri.

Menurut beberapa sumber tentara bayaran, pusat pelatihan Wagner Group berada di Mol'kino, Rusia selatan, dekat dengan basis militer Rusia.

Selain itu, banyak anggota Wagner Group yang berasal dari pasukan khusus atau veteran perang Chechnya.

Prigozhin sendiri memiliki hubungan dekat dengan Putin sejak tahun 2000-an, ketika ia menjadi penyedia katering untuk Kremlin.

Ia juga dikenal sebagai "kokinya Putin" karena ia sering menghadiri acara-acara bersama Putin dan pemimpin asing lainnya.

Prigozhin juga diduga terlibat dalam operasi propaganda dan disinformasi melalui Internet Research Agency (IRA), sebuah "troll factory" yang menargetkan pemilu AS 2016.

Dengan menggunakan Wagner Group, Kremlin dapat memperluas pengaruhnya di luar negeri tanpa harus bertanggung jawab secara resmi atau menghadapi sanksi internasional.

Wagner Group dapat melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum internasional, seperti mendukung rezim-rezim otoriter, melanggar gencatan senjata, melakukan kejahatan perang, dan membunuh warga sipil.

Kremlin juga dapat berkilah bahwa mereka tidak terlibat dalam konflik-konflik tersebut dan menyalahkan pihak-pihak lain.

Baca Juga: Thariq bin Ziyad, Dari Budak Hingga Jadi Panglima Pasukan Muslim Taklukkan Andalusia

Dampak hubungan gelap antara Kremlin dan Wagner Group

Hubungan gelap antara Kremlin dan Wagner Group telah menimbulkan dampak negatif bagi stabilitas dan keamanan regional dan global.

Di Ukraina, Wagner Group telah mendukung separatis pro-Rusia yang berjuang untuk memisahkan diri dari Kyiv sejak 2014.

Mereka juga diduga terlibat dalam serangan-serangan dengan taktik "bendera palsu" untuk memberi alasan kepada Rusia untuk melakukan invasi.

Di Suriah, Wagner Group telah membantu rezim Bashar al-Assad melawan pemberontak dan kelompok-kelompok radikal.

Mereka juga bersitegang dengan pasukan AS dan Turki di beberapa wilayah.

Di Libya, Wagner Group telah mendukung Jenderal Khalifa Haftar yang berusaha menggulingkan pemerintah nasional yang diakui oleh PBB.

Mereka juga terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan Turki yang mendukung pemerintah nasional.

Di Republik Afrika Tengah, Wagner Group telah memberikan pelatihan dan perlindungan kepada Presiden Faustin-Archange Touadéra yang menghadapi pemberontakan bersenjata.

Mereka juga dituduh melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil.

Meskipun mendapat dukungan dari Kremlin dan GRU, tentara bayaran Wagner Group juga menghadapi berbagai resiko dan tantangan dalam menjalankan misi-misinya.

Baca Juga: Kisah Benaia Manasye Lintjewas, Pemuda Kendari yang Jadi Tentara AS, Pernah Dikirim Bertempur di Negara Ini

Beberapa resiko yang dihadapi oleh tentara bayaran Wagner Group antara lain:

Kurangnya perlindungan hukum dan diplomatik.

Tentara bayaran Wagner Group tidak diakui sebagai anggota militer resmi oleh Rusia maupun negara-negara tempat mereka beroperasi.

Hal ini membuat mereka rentan terhadap penangkapan, penyiksaan, atau eksekusi oleh pihak-pihak yang bermusuhan dengan Rusia.

Mereka juga tidak mendapat perlindungan dari Konvensi Jenewa atau hukum humaniter internasional.

Jika terbunuh atau terluka, mereka tidak mendapat kompensasi atau penghargaan dari pemerintah Rusia.

Kurangnya pelatihan dan peralatan yang memadai.

Tentara bayaran Wagner Group sering kali direkrut dari kalangan veteran tentara yang butuh uang atau orang-orang yang memiliki masalah hukum.

Mereka tidak mendapat pelatihan yang memadai untuk menghadapi situasi-situasi yang kompleks dan berbahaya di medan perang.

Mereka juga tidak dilengkapi dengan peralatan yang canggih atau modern, seperti kendaraan lapis baja, senjata anti-tank, atau sistem komunikasi.

Hal ini membuat mereka kalah bersaing dengan pasukan-pasukan profesional lainnya.

Kurangnya koordinasi dan komando yang jelas.

Tentara bayaran Wagner Group sering kali beroperasi secara mandiri atau bersama dengan milisi-milisi lokal yang loyal kepada Rusia.

Mereka tidak memiliki komando atau koordinasi yang jelas dengan pasukan militer Rusia atau pemerintah-pemerintah setempat.

Hal ini menyebabkan konflik, kesalahpahaman, atau insiden-insiden yang tidak diinginkan.

Misalnya, pada Februari 2018, sekitar 200 tentara bayaran Wagner Group tewas dalam serangan udara AS ketika mereka mencoba menyerang posisi pasukan Kurdi yang didukung AS di Suriah timur.

Kurangnya dukungan publik dan moral.

Tentara bayaran Wagner Group tidak mendapat dukungan publik atau moral dari masyarakat Rusia maupun internasional.

Mereka dianggap sebagai orang-orang yang rakus, kejam, dan tidak patriotik.

Mereka juga tidak memiliki tujuan atau ideologi yang jelas selain mencari uang atau keuntungan pribadi.

Mereka tidak memiliki rasa solidaritas atau loyalitas yang kuat antara sesama anggota atau dengan negara-negara tempat mereka beroperasi.