KNIL Punya Basis Militer Belanda di Gombong Bersama Gundik-gundiknya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Potret seorang gundik atau Nyai di antara para serdadu militer Hindia Belanda.
Potret seorang gundik atau Nyai di antara para serdadu militer Hindia Belanda.

Intisari-Online.com - Para anggota KNIL direkrut dari penduduk Eropa dan pribumi.

Tetapi karena banyaknya pemberontakan dan protes yang terjadi di beberapa wilayah Hindia Belanda, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan lebih banyak lagi serdadu.

Maka dilakukan perekrutan para serdadu baru.

Para laki-laki yang mendaftar diri untuk menjadi tentara kolonial tidak hanya datang dari Belanda, tetapi juga dari bagian lain Eropa seperti Jerman, Swiss, Prancis, Austria, Polandia, dan Denmark.

Serdadu pribumi yang masuk dalam tentara kolonial biasanya sudah menikah.

Mereka juga sudah menjadi kepala keluarga di usia muda.

Hal ini terjadi karena kebiasaan perjodohan di kalangan orang Jawa.

Mereka pun yang telah menjadi tentara kolonial tidak serta merta melepaskan kehidupan sosial dan seksual mereka.

Mereka oleh pemimpin KNIL, Jenderal Haga, diizinkan untuk melanjutkan hubungan di dalam tangsi.

Sementara itu, basis militer Belanda di Jawa dibuat di daerah Gombong, Jawa Tengah.

Baca Juga: Membendung 'Iri Dengki' Tentara Kolonial Lajang, Gundik Jawabannya!

Pembuatan basis militer ini baru dimulai sejak Perang Jawa (1825-1830) berakhir.

Basis militer ini merupakan antisipasi apabila ada perlawanan dari daerah Kasultanan Yogyakarta dan sekitarnya.

Membangun basis militer skala besar di Yogyakarta sangat tidak etis, karena di sana telah ada bentengVredeberg.

Basis militer Belanda di Gombong ini adalah yang terbesar.

Di sana, terdapat depot pelatihan tentara.

Dalam hal ini, Belanda sukses, banyak pemuda dari daerah itu yang menjadi prajurit sampai kini.

Selain mempunyai basis militer di Jawa, KNIL juga mempunyai korps bantuan atau barisan dari raja-raja local.

Masing-masing korps barisan memiliki kedudukan di wilayah masing-masing.

Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke- 7,gundiksudah menjadi semacam kebutuhan.

Namun baru pada pemerintahanJ.P. Coen, sebagai Gubernur Jenderal kedua VOC, ia mengajukan kepada Heeren XVII, agar dikirimkan wanita dari Belanda.

Orang Belanda menamakan pelacuran dengan sebutan Sarina.

Baca Juga: Kisah Kasim Terakhir China: 'Sebilah Pisau Mengubah Hidup Selamanya'

Sarina merupakan bangsa pribumi yang berprofesi sebagai gundik di tangsu militer.

Awalnya ia hanya melayani dan mengurus keperluan hidup para serdadu Eropa yang bertugas di Hindia Belanda.

Namun lama kelamaan, Sarina dijadikan sebagai wanita pelacur oleh para prajurit tersebut.

Baca Juga: Kode 'Tjari Perempoean' Dituturkan Lelaki Eropa, Mencari Gundik?

(*)

Artikel Terkait