Find Us On Social Media :

Kisah 670 Kupu-kupu Malam Direkrut Soekarno Untuk Ikut Perang

By Andreas Chris Febrianto Nugroho, Selasa, 4 April 2023 | 10:35 WIB

Presiden Soekarno

Baca Juga: Menguak Teknologi Nuklir yang Dikembangkan Sejak Era Presiden Soekarno, Rupanya Sudah Secanggih Ini

"Tak satu pun laki-laki anggota partai yang terhormat dan sopan itu dapat mengerjakan tugas ini untukku," ujar Soekarno yang juga menyampaikan para PSK bukan saja penyumbang yang menyenangkan, tetapi juga penyumbang yang besar dalam revolusi Indonesia. 

Dilansir dari akun Instagram @matahatipemuda yang mengutip dari buku Robert Cribb berjudul,"Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta", mengisahkan mengenai penyelamatan terhadap Bung Karno dan pejuang lainnya saat dalam pengintaian Belanda oleh para PSK.

Para PSK-lah yang membantu menyembunyikannya di rumah bordil yang jadi sarang mereka karena dianggap paling aman.

Tak sampai di situ saja, bahkan hunian mereka juga dijadikan tempat penyelundupan senjata bagi para pejuang.

Dikisahkan ada sebuah gerakan bernama Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) yang punya tujuan menyerang Jakarta dalam menaklukan Jepang dan Belanda.

Dalam melaksanakan tujuan tersebut, pasokan senjata menjadi hal yang penting.

Maka, para PSK yang jadi penyelundup senjata bagi laskar sekaligus hunian mereka menjadi tempatnya.

Mengikut sertakan PSK dalam revolusi oleh Soekarno pernah mendapatkan protes keras dari Ali Sastroamidjojo, tokoh PNI. 

Dilansir dari buku karya Robert Cribb tersebut, karena keputusan Bung Karno mengajak WTS tersebut untuk ikut memikul perjuangan ditolak oleh Ali.

Baca Juga: Penyanyi Nomo Koeswoyo Meninggal Dunia: Ini Kisah Koeswoyo Bersaudara Pernah Dipenjarakan Bung Karno Gara-Gara Nyanyikan Lagu Ini

Perdebatan sengit antar kedua tokoh PNI tersebut tak terelakkan, bahkan Ali sempat mempertanyakan keputusan Bung Karno merekrut 670 PSK masuk menjadi anggota PNI cabang Bandung.

Namun suka tidak suka, dalam masa perang kemerdekaan memang membutuhkan tenaga dari semua lini rakyat Indonesia, tanpa terkecuali adalah wanita penjajak seks tersebut.

Dan sejarah mencatat bagaimana wanita-wanita tersebut dengan berani menjadi informan sekaligus mata-mata bagi perjuangan Indonesia.

(*)