Intisari-online.com - Kabar duka kembali datang dari dunia musik tanah air, di mana salah satu penyanyi legendaris Indonesia Nomo Koeswoyo menghembuskan nafas terakhirnya.
Nomo Koeswoyo meninggal pada usia 85 tahun, pada Rabu (15/3/23), pukul 19.30 WIB, di kediamannya jalan Soekarno-Hatta, Magelang, Jawa Tengah.
Kabar duka itu disampaikan oleh musisi Damon Koeswoyo, keponakan dari Nomo Koeswoyo.
Nomo Koeswoyo renananya adakan dimakamkan di TPU Jeruk Purut.
Untuk diketahui Nomo Koeswoyo merupakan musisi legendaris dari Indonesia, yang sempat terkenalsaat menggawangi Koes Bersaudara dan Koes Plus.
Koes Bersaudara sudah malang melintang di dunia permusikan tanah air, dan menuai kesuksesantahun 1968-1969.
Menariknya Koes Bersaudara ini juga pernah dipenjarakan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, saat rezim Orde Lama berkuasa di tanah air.
Kisanya terjadi pada tahun 1965, saat empat Koes bersaudara yang terkenal dengan nama Koes Plus naik ke atas panggung di depan rumah Kolonel Koesno, di Jati Petamburan, Jakarta.
Empat bersaudara Koes, menyanyikan lagu milik The Beatles, I Saw Her Standing There.
Hal itu lantas membuat aksi panggung Koes bersaudara kemudian terpaksa dihentikan.
Acara itu dihadiri oleh pejabat Angkatan Laut, staf Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.
Namun, mereka tak menyangka bahwa acara tersebut disambut dengan aksi unjuk rasa oleh sekelompok pemuda organisasi sayap PKI.
Keributan itu membuat, keempat Koes bersaudara yang beranggotakan, Tonny, Yon, Yok dan Nomo, dipenjarakan di Glodok, Jakarta.
Keempat saudara itu kemudian dipenjara selama 3 bulan.
Ketegangan makin memuncak, saat itu grup band top pada masa orde lama itu, sudah menjadi perhatian pemerintah orde lama sejak 1960.
Hal itu diungkapkan oleh Denny Syakrie dalam bukunya berjudul Musisiku.
Sebelumnya, Koes bersaudara sempat beranggotakan lima orang ditambah dengan John Koeswoyo.
Namanya Koes Brother pada waktu beranggotakan 5 orang, namun berubah menjadi Koes Plus waktu menjadi 4 personel.
Mereka kerap membawakan lagu-lagu beraliran rock seperti The Beatles, Kallin Twin, dan The Everly Brothers.
Musik-musik tersebut oleh Presiden Soekarno dicap kontra revolusioner, karena memainkan lagu ngak-ngik-ngok (sebutan untuk lagu kebarat-baratan zaman orde lama).
Tekanan dari pemerintah tak menghentikan Koes bersaudara merekamtiga lagumereka, di antaranya berjudul senja, bis sekolah, dan telaga sunyi.
Sejak John Koeswoyo hengkang, Koes bersaudara hanya menyisakan empat personel saja.
Baca Juga: Momen Kembalinya Sang Legenda Koes Plus ke Panggung Musik Indonesia Pasca Meninggalnya Tonny
Mereka berhasil merilis piringan hitam dan mengisi tangga lagu di Indonesia.
Namun, karena lagu mereka dicap kebarat-baratan, tekanan pemerintah pun makin menjadi-jadi.
Piringan hitam Koes Plus dibakar dalam aksi unjuk rasa yang didalangi PKI.
Organisasi sayap kanan PKI, Lekra memusuhi Koes Plus hingga akhirnya mereka dipenjara.
Namun, masa penjara ini tak lama hanya sampai meletusnya gelombang demonstrasi anti Soekarno, sebelum G 30S PKI.
Setelah dibebaskan mereka kembali merekam lagu pertama bertema perlawanan berjudul To The So Called The Guilities.