Intisari-online.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang tertarik dengan teknologi nuklir sejak awal kemunculannya.
Sejarah program nuklir Indonesia dimulai pada tahun 1954 ketika Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk membentuk Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengembangan dan pemanfaatan tenaga atom di Indonesia.
Tujuan awal program nuklir Indonesia adalah untuk mendukung bidang pertanian, kesehatan, industri dan penelitian ilmiah.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Indonesia membangun beberapa fasilitas nuklir seperti reaktor penelitian, laboratorium radioisotop, iradiator gamma, klinik kedokteran nuklir dan instalasi elemen bakar nuklir.
Reaktor atom pertama di Indonesia adalah Triga Mark II yang beroperasi di Bandung pada tahun 1965 dengan daya 250 kW.
Reaktor ini kemudian ditingkatkan menjadi 1 MW pada tahun 1971.
Reaktor lain yang dibangun di Indonesia adalah Kartini di Yogyakarta dengan daya 100 kW pada tahun 1979 dan Serba Guna GA Siwabessy di Serpong dengan daya 30 MW pada tahun 1987.
Selain membangun fasilitas nuklir, Indonesia juga menjalin kerja sama internasional dengan berbagai negara dan organisasi dalam bidang tenaga atom.
Indonesia menjadi anggota International Atomic Energy Agency (IAEA) sejak tahun 1957 dan menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir pada tahun 1970.
Indonesia juga berpartisipasi dalam berbagai proyek kerja sama regional seperti Regional Cooperative Agreement (RCA), Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA) dan Asian Nuclear Safety Network (ANSN).
Selain itu, Indonesia juga menandatangani perjanjian kerja sama bilateral dengan beberapa negara seperti Korea Selatan, Rusia, Australia dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Intip Kekuatan Torpedo Nuklir Poseidon Punya Rusia yang Bisa Tenggelamkan Inggris
Meskipun memiliki potensi dan pengalaman dalam bidang tenaga atom, Indonesia belum berhasil membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) hingga saat ini.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya dukungan politik, sosial dan ekonomi dari pemerintah dan masyarakat; adanya tantangan teknis, regulasi dan keselamatan; serta adanya dampak negatif dari kecelakaan nuklir di luar negeri seperti Chernobyl (1986) dan Fukushima (2011).
Selain itu, perkembangan energi terbarukan seperti panas bumi, surya dan angin juga menjadi saingan bagi energi nuklir.
Namun demikian, program nuklir Indonesia masih terus berjalan dengan melakukan berbagai penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), infrastruktur dan teknologi nuklir.
Beberapa rencana yang sedang dilakukan atau direncanakan oleh BATAN antara lain adalah:
Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dalam bidang pertanian, kesehatan, industri dan penelitian ilmiah.
Namun program ini juga menghadapi banyak tantangan baik dari dalam maupun dari luar negeri untuk mewujudkan pembangunan PLTN sebagai salah satu sumber energi
Selain membangun fasilitas nuklir, Indonesia juga menjalin kerja sama internasional dengan berbagai negara dan organisasi dalam bidang tenaga atom.
Kerja sama ini juga membantu Indonesia untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan nuklir internasional serta untuk mengatasi tantangan teknis, regulasi dan lingkungan yang dihadapi oleh program nuklir nasional.
Baca Juga: Ukraina Dulu Pemilk Senjata Nuklir Terbesar Ke-3 Dunia, Nyaris Semua Senjatanya Lenyap Karena Ini
Salah satu contoh kerja sama internasional yang berhasil adalah proyek HTGR-10 MW yang dilakukan oleh BATAN bersama China National Nuclear Corporation (CNNC) sejak tahun 2016.
Proyek ini merupakan proyek pembangunan PLTN mini non-komersial pertama di Indonesia yang menggunakan reaktor gas bersuhu tinggi (HTGR) sebagai teknologi reaktor generasi keempat.
Proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan energi nuklir di Indonesia seperti:
Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi seperti timah, batu bara, gas alam dan mineral lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh industri dengan bantuan produk panas dari reaktor.
Program nuklir Indonesia memiliki prospek yang cerah untuk masa depan jika dapat mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
Program ini dapat memberikan solusi bagi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi.
Program ini juga dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil.
Untuk mewujudkan program nuklir nasional yang sukses, diperlukan komitmen kuat dari pemerintah pusat maupun daerah serta dukungan penuh dari masyarakat luas.
Diperlukan pula sinergi antara semua pemangku kepentingan baik dari sektor publik maupun swasta serta lembaga penelitian maupun pendidikan dalam bidang tenaga atom.
Diperlukan juga kerja sama internasional yang intensif untuk memperoleh manfaat maksimal dari pengembangan dan pemanfaatan tenaga atom secara damai.