Find Us On Social Media :

Lewat Operasi Rahasia, Inggris Berencana Bunuh Adolf Hitler tapi Batal karena Ia Malah Membantu Sekutu, Kok Bisa?

By Agustinus Winardi, Selasa, 8 Mei 2018 | 06:00 WIB

Intisari-Online.com - Pada 1944, ketika pasukan Sekutu melancarkan Operasi Overlord untuk menaklukkan Nazi Jerman dari arah Pantai Normandia, pemerintah Inggris sebenarnya juga telah menyiapkan operasi rahasia untuk membunuh Adolf Hitler.

Tujuan operasi rahasia yang bersandi Operation Foxley di bawah kendali Special Operations Executive (SEO) itu adalah untuk membunuh Hitler dengan cara mengerahkan pasukan khusus.

Pasukan khusus ini akan melancarkan sergapan mendadak, melancarkan serangan sabotase menggunakan bom, dan mengirim penembak jitu di tempat peristirahatan Hitler.

Upaya pembunuhan Hitler yang dilancarkan sebelum tahun 1944 sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para tentara Nazi yang anti-Hitler tapi ternyata selalu gagal.

Misalnya, pada 20 Juli 1944, Hitler nyaris tewas setelah bom yang ditaruh di dalam koper yang berada di bawah meja kayunya meledak.

Tapi meja kayu yang cukup tebal itu ternyata bisa melindungi Hitler dari ledakan bom dan Hitler pun selamat dan hanya mengalami luka ringan.

Baca juga: Adolf Hitler Ternyata Pernah Ditikung Orang Kepercayaannya dan Dikibuli Ramalan Bintang, Ini yang Kemudian Terjadi

Pada 8 November 1939, Hitler bahkan nyaris tewas ketika bom yang dipasang di gedung Burgerbraukeller yang akan digunakan Hitler berpidato, meledak 5 menit sebelum Hitler datang.

Rupanya calon pembunuh Hitler, Johann Georg Eiser, yang merancang bom waktu buatannya sendiri itu kurang cermat mengatur timing ledakan bom sehingga bom sudah lebih dahulu meledak sementara Hitler belum datang.

Tujuan Inggris membunuh Hitler melalui operasi rahasia adalah, jika Hitler tewas, Perang Dunia II di Eropa akan segera berakhir dan jutaan nyawa pun bisa diselamatkan.

Tapi untuk membunuh Hitler yang selalu mendapat pengawalan sangat ketat dari pasukan fanatiknya, SS Nazi, tidak mudah.

Apalagi membunuh Hitler tanpa mengorbankan nyawa orang lain yang sebenarnya bukan target dari operasi rahasia juga sangat sulit.

Baca juga: Karl Doenitz, Panglima U-Boat Nazi Andalan Hitler yang Pernah Menjadi Monster Penjagal Maut Bagi Kapal-Kapal Inggris di Laut Utara

Misalnya, oleh pasukan khusus Inggris Hitler akan dibunuh dengan cara meledakkan kereta api yang sering ditumpanginya.

Tapi para pengawal Hitler ternyata sengaja membuat jadwal acak Hitler naik kereta sehingga jadwal pastinya tidak bisa dipastikan.

Akhirnya berdasar informasi dari pasukan SS Nazi pengawal Hitler yang berhasil ditangkap oleh pasukan Inggris dan kemudian diinterogasi, diperoleh peluang bahwa Hitler suka minum teh di tempat peristirahatannya yang berlokasi di pegunungan Bavaria, Berghof

Yang juga menguntungkan, ketika Hitler bermaksud minum teh di sebuah vilanya di Berghof, ia selalu berjalan kaki sendirian menuju kafe dan berada di tempat terbuka.

Dalam posisi terbuka dan sekelilingnya merupakan hutan pinus yang lebat, lokasi seperti itu cocok bagi sniper yang ditugaskan membunuh Hitler dari jarak sekitar 600-900 meter.

Baca juga: Ramalan Nostradamus: Napoleon, Hitler, dan Tokoh di Timur Tengah dalam Perang Dunia

Pasukan Inggris pun kemudian menugaskan seorang sniper yang mahir berbahasa Jerman untuk disusupkan ke Berghof dengan cara terjun payung dari udara.

Namun ketika operasi tempur untuk membunuh Hitler nyaris dilaksanakan, deputi SOE, Letkol Ronald Thorneley, malah memerintahkan operasi itu segera dibatalkan.

Pasalnya jika Hitler sampai terbunuh oleh pasukan Sekutu, pasukan Nazi Jerman akan mengamuk dan melancarkan peperangan brutal untuk balas dendam.

Puluhan ribu pasukan Sekutu yang masih ditawan Nazi Jerman bisa-bisa akan dibunuh pasukan SS yang ‘kesetanan’ gara-gara kehilangan empunya itu.

Perintah Thorneley akhirnya dipatuhi dan Inggris pun kemudian membiarkan Hitler ‘mati secara alamiah’.

Pasalnya jika Hitler masih dalam kondisi hidup hingga akhir peperangan pasukan Nazi tidak akan melakukan perang brutal sehingga pasukan Sekutu pun tidak menjadi korban kebrutalan itu.

Dengan kata lain keberadaan Hitler yang masih hidup sebenarnya ‘membantu Sekutu’ karena bisa mencegah terjadinya kebrutalan.

Fanatisme untuk bertempur sampai mati memang ditunjukkan oleh pasukan SS Hitler, yang kemudian turut mati bersamaan dengan kematian Hitler akibat bunuh diri (30 April 1945).

Ketika Hitler mati dan pada saat yang sama pasukan Nazi juga dalam kondisi  sudah lemah akhirnya, mereka memilih menyerah tanpa sarat kepada pasukan Sekutu.