Find Us On Social Media :

Dari 'Sogokan' hingga Jadi Selir Kesayangan, Inilah Feng Xiaolian, Salah Satu Permaisuri Paling Legendaris dalam Sejarah Tiongkok, Disebut Pemicu Kehancuran Dinasti

By Khaerunisa, Jumat, 17 Juni 2022 | 17:55 WIB

Ilustrasi. Permaisuri Feng Xiaolian, selir kesayangan Gao Wei dari Qi Utara.

Kaisar Wu berkata, "Saya melihat dunia sebagai sandal yang rusak, dan bagaimana saya menahan wanita tua ini dari Anda, Duke?."

Kaisar Wu pun mengembalikan Permaisuri Feng kepada Gao Wei.

Baca Juga: Bak Jadi Petanda Ada Kehidupan Lain di Luar Bumi, Tiba-Tiba Sinyal Radio Misterius dari Luar Planet Terdeteksi, Arahnya Konon dari Planet yang Mirip Bumi Ini

Baca Juga: Hemat Ongkos! Begini Cara Membuat Perhiasan Emas Anda yang Menghitam Kembali Berkilauan, Cukup Gunakan Baking Soda

Namun, saat Kaisar Wu akhirnya memerintahkan Gao Wei dan anggota klannya bunuh diri, ia menganugerahkan Lady Feng kepada adiknya, Yuwen Da, Pangeran Dai, sebagai selir.

Yuwen Da sangat menyukai Lady Feng; namun, suatu kali, ketika dia secara tidak sengaja mematahkan seutas tali pipa, dia meratapi Gao Wei, menulis sebuah puisi yang berbunyi:

Meskipun saya menerima bantuan hari ini,Aku ingat cinta yang kumiliki kemarin.Jika Anda ingin tahu bagaimana hati saya hancur,Lihat tali yang direkatkan ini.

Saat menjadi selir Yuwen Da, Feng juga membuat tuduhan terhadap istri Yuwen Da, Putri Li, yang hampir menyebabkan kematian Putri Li.

Kemudian saat Yuwen Da tewas dieksekusi, pada masa pemerintahan Kaisar Jing dari Zhou Utara, Lady Feng diberikan kepada pejabat Li Xun -yang kebetulan adalah saudara dari Putri Li.

Ibu Li Xun dan Putri Li, untuk membalaskan dendam putrinya, kemudian mempermalukan Lady Feng dengan memaksanya mengenakan pakaian kasar dan menggiling biji-bijian.

Lady Feng pun memilih untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Baca Juga: Kosong Melompong Padahal Punya Ribuan Pengikut, Penghuni Kampung Khilafah di Lampung Ternyata Sudah 'Ngungsi', Wilayah yang Jadi Tujuan Utama Ini Kini Patut Waspada!

Baca Juga: Pameran Penunggang Gelombang: Pelaut Nusantara Menjelajah Samudra

(*)