Find Us On Social Media :

Kisah Kasim Kulit Hitam dari Kekaisaran Ottoman yang Menyimpan Paradoks, Menjadi Objek Hinaan Tapi Bisa Begitu 'Berkuasa' dengan Cara Seperti Ini

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 19 Mei 2022 | 17:07 WIB

Kasim berkulit hitam Kekaisaran Ottoman

Intisari-Online.com - Kasim di era Ottoman tidak dianggap sebagai laki-laki penuh karena mereka telah dikebiri.

Karena itu, mereka dipercaya tidak tergoda oleh wanita harem sehingga tidak mengancam kesucian dan akan membuat para selir tetap setia kepada Sultan.

Latar belakang kasim biasanya adalah budak atau tawanan perang yang dikebiri sebelum pubertas dan dihukum hidup sebagai budak.

Semua kasim dikebiri saat akan dijual di pasar budak oleh para penculik Kristen atau Yahudi karena Islam melarang praktik pengebirian, tetapi boleh mempunyai budak yang dikebiri.

Demikian pula, budak perempuan di harem sebagian besar terdiri dari gadis-gadis Kristen kulit putih karena perempuan Muslim dilarang menjadi selir.

Ada hierarki kasim di dalam harem, sama seperti hierarki selir: yang pertama adalah kasim hitam, atau sandali, sedangkan tingkatan kedua dan ketiga cenderung terdiri dari budak dan kasim kulit putih.

Perbedaan ini secara langsung terkait dengan tingkat mutilasi alat kelamin laki-laki.

Kelas pertama dari kasim kulit hitam akan dicabut penis dan buah zakarnya, sedangkan budak kulit putih akan dibiarkan dengan buah zakar mereka dan sebagian dari penis mereka akan dicabut.

Para kasim hitam ditugaskan di dalam harem dan harus melindungi para wanita di dalamnya. 

Mereka bertugas di bawah pimpinan Kizlar Agha, atau “kepala kasim kulit hitam.”

Sebaliknya, para kasim kulit putih akan dijauhkan dari para wanita dan ditempatkan pada peran-peran dalam pemerintahan.

Ada paradoks yang menarik: kasim Afrika berkulit hitam ini merupakan budak yang sering menjadi objek hinaan dan ejekan, tetapi beberapa dari mereka juga sangat kuat.

Kepala Kasim Hitam merupakan satu-satunya jabatan yang diizinkan setiap saat untuk meminta audiensi dengan sultan.

Mereka memiliki wewenang untuk memberikan bantuan yang melaluinya mereka dapat menambah kekayaan mereka.

Meski begitu, kekayaan tersebut akan dikembalikan ke sultan setelah kematian mereka, karena tidak memiliki ahli waris.

Kepala Kasim Hitam juga sering membantu perihal penunjukkan orang berpengaruh dan menjabat sebagai pengawas tempat-tempat suci di bawah kekuasaan Ottoman.

Mereka bisa membangun masjid di Istanbul dan di tempat lain, mengelola properti dan perkebunan ibu dan anak sultan.

Ketika Utsmani melakukan reformasi abad-19 dan ketika perbudakan dihapuskan secara internasional, kasim kulit hitam dilihat sebagai peninggalan yang ketinggalan zaman, bahkan memalukan dari tatanan lama yang rusak.

Pada saat Republik Turki didirikan dan istana Ottoman dihapuskan pada tahun 1923, kasim istana yang dulu perkasa tidak lagi memiliki peran apa pun.

Baca Juga: Awetkan Jenazah Suaminya Untuk Amankan Suksesi Anaknya, Inilah Kisah Nurbanu Sultan, Ibu Suri Saleh dari Kekaisaran Ottoman, Diplomat Cerdik, yang Selamatkan Budak dan Lindungi Pedagang Yahudi

(*)