Intisari-Online.com -Haremkekaisaran era Ottoman merupakan kumpulan istri, pelayan, dan selir sultan, yang jumlahnya bisa mencapai ratusan.
Istilah "harem" mungkin membuat Anda membayangkan ruangan penuh wanita cantik yang digunakan untuk tujuan nafsu saja.
Gambaran inimungkin terinspirasi olehharemabad ke-16 dan ke-17 dari Kekaisaran Ottoman.
Namun, para anggota harem lebih dari sekadar 'boneka nafsu' bagi Sultan.
Sekitar tahun1299 dan 1920 M, harem sultan Ottoman terdiri dari istri, pelayan, kerabat perempuan sultan, dan selir.
Para wanita di harem memainkan peran yang lebih luas, bahkan mereka bisa punya kekuatan sendiri dan ikut andilmengatur kerajaan Ottoman.
Sebuah periode yang dikenal sebagai "Pemerintahan Wanita" atau Kadinlar Sultanati diperintah oleh harem wanita.
Kasim di Kekaisaran Ottoman
Kasim adalah bagian integral dari harem.
Kasim tidak dianggap sebagai laki-laki penuh karena mereka telah dikebiri.
Karena itu, mereka dipercaya tidak tergoda oleh wanita harem sehingga tidak mengancam kesucian dan akan membuat para selir tetap setia kepada Sultan.
Latar belakang kasim biasanya adalah budakatau tawanan perang yangdikebiri sebelum pubertas dan dihukum hidup sebagai budak.
Semua kasim dikebiri saat akan dijual di pasar budak olehpara penculik Kristen atau Yahudi karena Islam melarang praktik pengebirian, tetapi boleh mempunyai budak yang dikebiri.
Demikian pula, budak perempuan di harem sebagian besar terdiri dari gadis-gadis Kristen kulit putih karena perempuan Muslim dilarang menjadi selir.
Ada hierarki kasim di dalam harem, sama seperti hierarki selir: yang pertama adalah kasim hitam, atau sandali, sedangkan tingkatan kedua dan ketiga cenderung terdiri dari budak dan kasim kulit putih.
Perbedaan ini secara langsung terkait dengan tingkat mutilasi alat kelamin laki-laki.
Kelas pertama dari kasim kulit hitam akan dicabut penis dan buah zakarnya, sedangkan budak kulit putih akan dibiarkan dengan buah zakar mereka dan sebagian dari penis mereka akan dicabut.
Para kasim hitam ditugaskan di dalam harem dan harusmelindungi para wanita di dalamnya.
Mereka bertugas di bawah pimpinanKizlar Agha, atau “kepala kasim kulit hitam.”
Sebaliknya, para kasim kulit putih akan dijauhkan dari para wanita dan ditempatkan pada peran-peran dalam pemerintahan.
(*)