Intisari-Online.com- Kekaisaran Ottoman mulai muncul sebagai kekuatan politik dan militer yang besar sejak awal abad ke-14.
Uthman, pendiri dinasti, berasal dari kerajaan Turki yang kecil, yang kemudian tumbuh menjadi sebuah kerajaan yang luas.
Kekaisaran Ottoman mengakhiri pengaruh Yunani yang telah berabad-abad lamanya berkuasa di selatan cekungan Mediterania dan menggantikannya dengan dominasi Muslim.
Meluas jauh ke benua Eropa, ekspansi Ottoman mengubah Wina menjadi pos terdepan Susunan Kristen.
Komunitas-komunitas Yahudi yang berbahasa Yunani, semuanya berada di bawah kekuasaan Ottoman pada saat kejatuhan Konstantinopel - berganti nama menjadi Istanbul - pada tahun 1453.
Orang-orang Yahudi yang berbahasa Arab (Mustarab), adalah kelompok pribumi penting lainnya.
Mereka tinggal di "Arabistan" - negara-negara yang ditaklukkan Suleiman the Magnificent (1520-1566).
Bagi semua orang Yahudi penaklukan tersebut adalah suatu penyelamatan.
Hal itu dikarenakan situasi mereka pada abad ke 14 dan 15 di bawah pemerintahan Bizantium dan Mamluk sangatlah menderita.
Surga bagi Pengungsi Yahudi dari Spanyol dan Portugal
Kemudian, setelah pengusiran dari Spanyol (1492) dan konversi paksa di Portugal (1497), puluhan ribu orang Yahudi Iberia tiba di wilayah Ottoman.
Karena semua yang diperlukan dari mereka adalah pembayaran pajak-jajak pendapat dan pengakuan atas keunggulan Islam, Ottoman segera menjadi surga bagi para pengungsi ini.
Sejak awal abad ke-16, komunitas Yahudi di Kekaisaran Ottoman menjadi yang terbesar di dunia.
Konstantinopel dan Salonika masing-masing memiliki anggota sekitar 20.000 orang.
Imigrasi dari semenanjung Iberia, yang tiba di beberapa gelombang sepanjang abad ke-16, juga mengubah karakter Yahudi Ottoman.
Jauh lebih banyak daripada orang-orang Yahudi lokal, orang-orang Spanyol dan Portugis segera menenggelamkan orang-orang Romawi.
Kemudian penduduk pribumi berasimilasi ke dalam budaya dan komunitas para imigran baru.
Setelah penaklukan Konstantinopel, Muhammad II, yang ingin membesar-besarkan kota dan membuatnya menjadi ibu kota yang cocok dengan kerajaan besar, membawa banyak orang dari provinsi ke dalamnya.
Migrasi ini memengaruhi komunitas Yahudi dan mengubah karakternya selama periode Bizantium.
Situasi ekonomi dan agama memang diperbaiki; tetapi banyak dari jemaat Romaniot yang lebih tua menghilang, ingatan mereka hanya tersimpan dalam nama beberapa sinagog di Istanbul.
Kemakmuran Yahudi dan Perkembangan Budaya
Sepanjang abad ke-16, orang-orang Yahudi di Kekaisaran Ottoman menikmati kemakmuran yang luar biasa.
Kekaisaran berkembang pesat, dankesejahteraan ekonomi meningkat.
Dengan demikian populasi Yahudi dapat dengan mudah masuk ke perdagangan dengan Eropa Kristen, dan ke dalam industri-industri seperti tenun wol yang baru kemudian mulai berevolusi.
Ini juga merupakan masa mekarnya budaya: Hukum Ibrani diperkaya oleh Joseph Caro Shulchan Aruch ("Meja Disiapkan") yang akan menjadi kode otoritatif bagi seluruh bangsa Yahudi.
Sementara dari Safed di Palestina muncul Kabbalah Lurianic dari Ha- Ari, salah satu tren paling berpengaruh dalam mistisisme Yahudi.
Tampaknya komunitas-komunitas buangan ini, yang tiba-tiba terbebas dari bahaya kepunahan, dapat memberikan ekspresi ledakan kekuatan budaya.
(*)