Tahun 1827, posisi Diponegoro terjepit karena Belanda menyerang dengan lebih dari 23.000 prajurit.
Pada 1829, Kyai Maja ditangkap. Menyusul kemudian Sentot Alibasya.
Pada tanggal 28 Maret 1830, pasukan Belanda yang dipimpin Jenderal De Kock berhasil mendesak Diponegoro di Magelang.
Peter Brian Ramsay Carey, salah satu sejarawan sohor asal Inggris Raya, mengatakan bahwa para pasukan Pangeran Diponegoro ditengarai sebagai para pemadat.
Candu secara luas digunakan sebagai obat perangsang dan bagian ilmu ketabiban Jawa untuk menyembuhkan aneka penyakit.
Tak hanya itu, Pangeran Diponegoro juga diketahui kecanduan sirih.
Dia bahkan menyampaikan waktu di hari-harinya tergantung pada jumlah sirih yang sudah dia kunyah.
Mulutnya selalu berwarna merah yang disebabkan air sirih.
Salah satu barang pribadi yang ditinggalkannya, yang juga dilihat Peter Carey ketika mengunjungi keluarga Diponegoro di Makassar pada bulan September 1972, adalah sebuah syal bermotif Paisley.
Syal tersebut biasa ia pakai untuk mengelap air sirih dari mulutnya.