Ide untuk menggabungkan kebudayaan grebeg dengan sekaten muncul saat Sunan Kalijaga mencoba mengajak masyarakat ke masjid yang saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain menggelar musik gamelan dan tari-tarian, waktu itu Sunan Kalijaga juga mengajak masyarakat menghiasi kompleks masjid.
Awalnya masyarakat malu untuk datang, tapi perlahan-lahan mereka berdatangan melewati gapura dan dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Gamelan
Melansir dari Uny.ac.id, gamelan digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga ketika pertunjukan dan acara lainnya.
Dalam pertunjukan, ketukan gamelan ia ciptakan sendiri agar diterima masyarakat.
Selain itu gamelan dimanfaatkan untuk mengundang masyarakat datang ke masjid.
Alat musik tradisional itu juga digunakan saat acara Grobeg dan Sekaten untukbertujuan demi mendapatkan perhatian masyarakat.
Selain menggunakan gamelan, Sunan Kalijaga juga menggunakan tembang sebagai sarana menyebarkan dakwah Islamnya.
Tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga antara lain Tembang Rumekso Ing Wengi dan Ilir-Ilir.
Tembang Rumekso Ing Wengi berisi tentang doa saat malam hari setelah melakukan salat tahajjud.
Tembang ini disusun Sunan Kalijaga karena waktu itu masyarakat Jawa masih kesulitan dalam menghafal doa berbahasa Arab.
Selain itu, terdapat pula Tembang Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul yang berisi tentang nasihat-nasihat kehidupan.