"Melalui video kontrol objektif, terlihat serangan roket menyasar tepat ke hanggar bawah tanah yang berisi senjata dan amunisi," cuitan berikutnya dari akun tersebut.
Belakangan Rusia kemudian menyebutkan bahwa serangan tersebut menggunakan rudal hipersonik Kinzhal.
Ketika Ukraina luluh lantak dengan serangan rudal Rusia tersebut, perhatian dunia malah teralihkan dengan apa yang ditunjukkan Amerika di Laut China Selatan.
Komandan militer AS mengatakan, China telah sepenuhnya melakukan militerisasi setidaknya tiga dari beberapa pulau yang dibangunnya di Laut China Selatan yang disengketakan.
"Saya pikir selama 20 tahun terakhir kita telah menyaksikan penumpukan militer terbesar sejak Perang Dunia II oleh RRC," kata Aquilino kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara, menggunakan inisial nama resmi China.
Komandan Joel Martinez, Komandan, Skuadron Patroli 47 Martinez dan Aquilino berbicara dengan AP di atas pesawat pengintai Angkatan Laut AS yang terbang di dekat pos terdepan yang dikuasai China di kepulauan Spratly di Laut China Selatan, salah satu wilayah yang paling diperebutkan di dunia.
Para personel Angkatan Laut AS melihat monitor video di dalam P-8A Poseidon.
Selama patroli, pesawat P-8A Poseidon berulang kali diperingatkan oleh penelepon China bahwa itu secara ilegal memasuki apa yang mereka katakan adalah wilayah China dan memerintahkan pesawat untuk menjauh.
Namun pesawat Angkatan Laut A.S. mengabaikan berbagai peringatan dan terus melakukan pengintaian.
(*)