Find Us On Social Media :

Bak Ketakutan Seperti Anak Kecil, Zelensky Ternyata Memang Jadi Target Pembunuhan, Putin Kirimkan Tentara Khususnya yang Sudah Berpengalaman di Suriah, Libya, dan Tempat Ini

By May N, Sabtu, 19 Maret 2022 | 15:00 WIB

Kelompok pembunuh Wagner yang berupaya membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

Kelompok Wagner diyakini dibiayai secara besar-besaran oleh Yevgeny Prigozhin, pebisnis Rusia dengan hubungan dekat dengan Presiden Putin.

Dengan kecenderungan ekstrem, Prigozhin merekomendasikan di media sosial untuk emngirim pensiunan pakar militer dari Rusia ke Gedung Putih dan Capitol segera setelah kerusuhan Gedung Capitol Januari 2021 lalu di Washington DC.

Olok-oloknya datang tiga tahun kemudian setelah militer AS membunuh lusinan tentara Wagner dan pasukan Suriah Arab di negara Timur Tengah.

Pada Mei 2018, tentara Wagner dilaporkan menyerang Pasukan AS dan Demokrasi Suriah di wilayah kaya minyak Suriah, provinsi Deir ez-Zoer, tapi kemudian mereka diserang oleh persenjataan AS dan senapan AC-130.

Baca Juga: Demi Hentikan Perang Rusia-Ukraina, Presiden AS Justru Lakukan Komunikasi Khusus dengan Presiden China Xi Jinping, Bisikkan Hal Ini Tentang Perang di Ukraina

Baca Juga: Tetap Tenang Ditengah Gempuran Sanksi Barat, Ternyata Rusia Sudah Amankan Uangnya di Bank Swiss Terungkap Jumlahnya Dibocorkan Oleh Bank Swiss Sendiri

Mengikuti insiden itu, media Rusia diam, walaupun hal itu menjadi pertempuran langsung pertama antara Washington dan Moskow sejak Perang Vietnam.

Kelompok Wagner kemudian dinamai ulang menjadi Liga dan sampai sekarang masih terus-terusan merekrut, melatih dan mengirim pasukan militer pribadi ke zona-zona konflik di seluruh dunia.

Pada September 2019, Kelompok Wagner dikirim ke Mozambique untuk membantu pasukan negara Afrika itu melawan bangkitnya IS-CAP, Islamic State's Central Africa Province di sebelah utara provinsi Cabo Delgado.

Pada Jui 2020, lembaga penegak hukum Belarusia menahan 33 orang yang ternyata tentara bayaran dari Kelompok Wagner.

Minsk menuduh tentara bayaran mencoba mengganggu negara itu mejelang pemilihan presiden dengan mengatur revolusi Maidan bergaya Ukraina dan menggulingkan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko.

Namun, mereka dibebaskan beberapa hari setelah pemilihan karena Rusia bersikeras bahwa tentara bayaran itu hanya transit melalui Belarusia dalam perjalanan ke Istanbul.