Menurut sejarawan, dia pun menghabiskan waktu luangnya untuk menyingkirkan saingannya.
Korban pertamanya adalah Lady Song, yang melahirkan seorang putra bernama Lui Qing, dengan tuduhan bahwa Lady Song menggunakan sihir dan seliri itu terpaksa bunuh diri.
Setelah kematian Lady Song, Permaisuri Dou memutuskan untuk melenyapkan Lady Liang, dengan cara menulis surat tanpa nama kepada ayah Lady Liang, menuduhnya melakukan kejahatan yang tidak dilakukannya, dan membuat ayah Lady Liang dieksekusi.
Lady Liang dan seluruh keluarganya dipaksa ke pengasingan di Juizhen (sekarang Vietnam), yang membuat Lady Liang meninggal tak lama setelah dia tiba di tempat tujuannya.
Kemudian Permaisuri Dou mengadopsi putra Lady Liang, Liu Zhao (calon Kaisar He), dan terus mempromosikan saudara laki-lakinya ke posisi tinggi di istana.
Pada tahun 88 M, Kaisar Zhang meninggal pada usia tiga puluh tiga tahun, lalu Liu Zhao yang berusia sepuluh tahun naik takhta sebagai Kaisar He.
Dou menjadi Janda Permaisuri dan diangkat sebagai bupati, dan memiliki kendali penuh atas negara tersebut, lalu menjadikan ibunya sebagai Putri Agung.
Dia juga mengangkat saudara laki-lakinya Dou Xian untuk bertanggung jawab atas semua urusan militer rahasia.
Tetapi, Dou Xian sangat kejam dan terus melenyapkan saingannya, termasuk banyak pejabat dan bangsawan terkemuka.
Janda Permaisuri Dou hendak menghukum kakaknya, tetapi Dou Xian menawar untuk mengorganisir ekspedisi militer melawan Xiongnu utara yang kuat (dikenal di Barat sebagai Hun).