Tentu saja satu-satunya yang ganjil hanyalah Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada 1 Maret dalam pembicaraan telepon meminta koleganya di China, Wang Yi, untuk menengahi krisis tersebut, menyatakan bahwa "China telah memainkan sebuah peran konstruktif atas masalah ini dan Ukraina siap meningkatkan komunikasi dengan pihak China. Ia antusias terhadap upaya mediasi China meraih gencatan senjata."
Ide mediasi China menarik perhatian di Eropa.
Sebagai "mitra strategis" Rusia dan mitra kunci perdagangan Ukraina, China satu-satunya negara di dunia dengan hubungan kuat dengan kedua belah pihak dalam konflik ini, seperti disampaikan komentator Eropa.
"Kapan China menghentikan Putin?" tulis Eduard Steiner yang dimuat dalam koran sayap kanan Die Welt 8 Maret kemarin.
China memiliki "hubungan dekat yang baik dengan Ukraina," papar analisis Die Welt.
Diplomasi AS dipojokkan ke sudut.
Washington berkomitmen untuk mengalahkan Rusia di Ukraina dan menghancurkan ekonomi Rusia, melalui pengiriman senjata canggih kepada Pasukan Bersenjata Ukraina dan penerapan sanksi nuklir termasuk merampasan lebih dari separuh dana Rusia sebesar USD 630 di jasa penukaran valuta asing.
Hal ini melampaui penanganan ekonomi lainnya yang dilakukan oleh AS melawan Uni Soviet selama Perang Dingin dan tidak punya preseden masa damai.
Keputusan Washington tidak membawa ke mana-mana: jika sanksi dan persenjataan gagal menghancurkan keinginan Rusia, hal yang mungkin adalah kebuntuan permanen.