Kekesaran Fredegund tidak terbatas pada anggota keluarga kerajaan, tetapi termasuk sejumlah pejabat, pendeta, dan penduduk setempat.
Sebuah contoh, Fredegund berusaha memadamkan perselisihan antara kerabat, tetapi ketika dia gagal mendamaikan mereka dengan kata-kata lembut, dia menjinakkan kedua belah pihak dengan ‘kapak’, dengan mengundang mereka ke pesta lalu membunuh mereka semua.
Reputasinya yang luar biasa justru membantunya, dia memanipulasi semua lapisan masyarakat melalui ketakutan akan amarahnya.
Ketika epidemi disentri melanda, lalu suami dan dua putranya terkena pada tahun 580 M, Fredegund penuh dengan penyesalan.
Percaya bahwa epidemi itu adalah hukuman atas dosa-dosanya, dia membakar catatan pajak yang tidak adil dan menyumbang ke gerja serta orang miskin, setelah putranya menyerah pada penyakit itu.
Lalu pada tahun 584 M, suaminya, Chilperic, dibunuh secara misterius dan Fredegund mencari perlindungan di katedral Notre Dame, Paris.
Akhirnya, dia meninggal karena sebab alami pada 8 Desember 597 di Paris dan dimakamkan di Basilika Saint Denis.
Beberapa tahun setelah kematian Fredegund, putranya, Clothar II, mengalahkan Brunhild dalam pertempuran.
Meskipun Ratu Brunhild berusia akhir enam puluhan, Clothar menyuruhnya berbaring di rak selama tiga hari dan kemudian dicabik-cabik oleh empat kuda.
Begitulah pahitnya permusuhan kedua keluarga mereka itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari