Penulis
Intisari - Online.com -Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada pemimpin Perancis, Emmanuel Macron pada Kamis 2/3/2022 bahwa Rusia akan mencapai tujuan intervensi militer di Ukraina apapun yang terjadi, beber Kremlin.
Melansir Reuters, dalam pernyataan yang muncul setelah presiden Rusia dan Perancis berbicara lewat telepon, Kremlin memperjelas tujuannya termasuk demiliterisasi dan netralitas Ukraina.
Upaya apapun oleh Kyiv untuk menunda negosiasi antara pejabat-pejabat Rusia dan Ukraina akan menghasilkan Moskow menambah lebih banyak hal dalam daftar tuntutan yang sudah mereka sampaikan, papar Rusia.
"Vladimir Putin menggaris bawahi rincian pendekatan fundamental dan kondisi dalam konteks negosiasi dengan perwakilan Kyiv.
"Dikonfirmasi bahwa, pertama-tama, kami membicarakan mengenai demiliterisasi dan status netral Ukraina, sehingga ancaman untuk Federasi Rusia tidak akan muncul dari wilayah mereka," demikian papar pernyataan Rusia.
"Ditekankan bahwa tugas operasi militer khusus akan dipenuhi dalam aktivitas apapun, dan upaya mendapatkan waktu dengan membuka negosiasi hanya akan menambah tuntutan tambahan pada Kiev dalam posisi negosiasi kami."
Pernyataan mengatakan "operasi spesial" Rusia di Ukraina berjalan "sesuai rencana".
Dikatakan bahwa laporan mengenai pasukan Rusia membombardir Kyiv adalah bagian dari "kampanye disinformasi anti-Rusia", dan pasukan Rusia melakukan apa yang mereka bisa untuk melindungi warga sipil.
Rusia menyeru aksi mereka di Ukraina sebagai "operasi khusus" bahwa bukan untuk menduduki wilayah tapi menghancurkan kemampuan militer negara tetangga dan menangkap apa yang disebut sebagai nasionalis berbahaya.
Eropa harus mempertahankan diri
Menanggapi tanggapan Putin dan Kremlin, Presiden Macron menyebutkan Eropa harus lebih mandiri untuk pertahanannya sendiri dan untuk memastikan pasokan energi setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Melansir The Guardian, presiden Perancis itu mengatakan konflik "telah mengubah era" seluruh Eropa dan bahwa ia akan mengadakan pertemuan para pemimpin Eropa minggu depan untuk mendiskusikan bagaimana menangani "tantangan tak terduga" yang tercipta.
Dalam siaran 14 menit di jam tayang utama televisi, Macron memperingatkan Perancis menghadapi pergolakan dan harga lebih tinggi bahwa negara dan mitra Eropa harus menginvestasi untuk lepas dari ketergantungan gas Rusia dan mandiri dalam produksi energi seperti halnya menangani masalah pertahanan dan pertanyaan mengenai produksi makanan.
"Kita tidak bisa lagi bergantung pada lainnya untuk memberi makan kita, peduli pada kita, memberi tahu kita, membiayai kita," ujar Macron.
"Kita tidak bisa bergantung pada yang lain untuk melindungi kita, entah di darat, di laut, di bawah laut, di udara, di luar angkasa atau di internet. Dalam hal ini, pertahanan Eropa harus maju satu langkah."
Ia menambahkan: "Perang di Eropa tidak lagi ada di buku sejarah, ini ada di sini, di depan mata. Demokrasi tidak lagi dianggap sebuah sistem yang tidak perlu ditanyakan, kini sistem ini dipertanyakan tepat di depan mata. Kebebasan kita, kebebasan anak-anak kecil kita, tidak lagi diberikan.
"Untuk pengembalian brutal kepada tragedi dalam sejarah, kita harus merespon dengan keputusan bersejarah."
Macon, yang bulan lalu telah bolak-balik antara Moskow dan Kyiv berupaya mencegah invasi Rusia dan gagal, menyalahkan perang ini di tangan Putin, mengatakan Eropa dan NATO "telah melakukan semuanya untuk mencegahnya."
"Presiden Putin memilih perang… sendiri, dengan cara yang disengaja dan dengan kembali pada keterlibatan yang dibuat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perang ini bukanlah konflik antara NATO dan barat di satu sisi dan Rusia di sisi lain; tidak ada pasukan atau pangkalan NATO di Ukraina. Itu hanya kebohongan. Rusia tidak sedang diserang, itu adalah agresor,” katanya.
"Perang ini bahkan tidak lebih dari propaganda tanpa dasar yang memaksamu percaya, sebuah perang melawan Nazisme. Itu sebuah kebohongan; penghinaan pada sejarah Rusia dan Ukraina, kepada memori pendahulu yang telah berperang bersisian melawan Nazi. Pemimpin Rusia menyerang memori Holocaust di Ukraina seperti halnya mereka menyerang memori kejahatan Stalinisme di Rusia," tambah Macron.
Ia menuduh Putin memiliki "pembacaan revisionis dari sejarah Eropa yang ingin membawa kita kembali ke jam-jam gelap kekaisaran, serangan dan penghapusan massal."
Baca Juga: Ukraina Minta Larangan Terbang di Atas Chernobyl, SBY Khawatirkan Pecahnya Perang Dunia dan Nuklir