Find Us On Social Media :

Ukraina Minta Larangan Terbang di Atas Chernobyl, SBY Khawatirkan Pecahnya Perang Dunia dan Nuklir

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 3 Maret 2022 | 20:14 WIB

Putin perintahkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi

Intisari-Online.com - Pasuka Rusia tetap menginvasi Ukraina dari berbagai arah, sementara Ukraina melakukan "perlawanan kaku," menurut pejabat AS.

Serangan itu dimulai 24 Februari, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus."

Rusia telah dijatuhi sanksi dari Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara di seluruh Eropa.

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan dua kekhawatiran yang akan terjadi akibat dampak perang antara Rusia dan Ukraina.

Dia berharap, dua kekhawatirannya tersebut tidak akan terjadi meski dirinya mengakui, tidak ada yang tahu pasti seperti apa ujung dari perang yang tengah terjadi.

"Namun, seberapa panas dan eskalatifnya geopolitik di kawasan Eropa, ada 2 hal besar yang bersifat 'No Go'.

Pertama, jangan sampai perang ini mengarah ke 'peperangan dunia'.

Kedua, jangan pernah berpikir dan berniat untuk gunakan senjata nuklir, dari pihak manapun," tulis SBY dalam akun Twitter resminya @SBYudhoyono.

Baca Juga: Dibenci Seluruh Dunia Karena Mulai Perang di Ukraina, Rusia Ternyata Tidak Akan Dikecam Oleh Timur Tengah Bahkan Israel Pikir Panjang untuk Dukung Washington, Kedekatan Ini Sebabnya

 Baca Juga: Punya Julukan Mentereng Sebagai Negara Militer Terkuat Ke-2 di Dunia, Tentara Rusia yang Tertangkap Berhasil Dipermalukan Tentara Ukraina dan Warga, Fotonya Tersebar di Media Sosial

Melansir ABC News, Rabu (2/3/2022), Ukraina meminta zona larangan terbang di atas Chernobyl.

Ukraina meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk meminta NATO menutup akses ke wilayah udara di atas pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl negara itu dan zona eksklusi di sekitarnya.

Zona eksklusi yang sepi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, tempat kecelakaan nuklir terburuk di dunia terjadi pada 1986, direbut oleh pasukan Rusia pekan lalu.

Seruan bersama ke IAEA ditandatangani Rabu oleh Menteri Energi Ukraina Herman Galushchenko, Oleh Korikov, kepala Inspektorat Pengaturan Nuklir Negara Ukraina, dan Petro Kotin, kepala perusahaan energi nuklir negara Ukraina.

Sementara itu, Rusia mengklaim telah menabrak menara TV.

Pasukan Rusia menembakkan senjata berpemandu presisi ke pusat TV dan radio di wilayah Lysa Hora di Kyiv, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov.

"Sebuah serangan yang dilakukan oleh senjata jarak jauh yang dipandu dengan presisi melumpuhkan pusat TV dan radio cadangan di daerah Lysa Hora di Kyiv."

"Tidak ada korban jiwa dan tidak ada kerusakan yang terjadi pada bangunan tempat tinggal."

Baca Juga: Punya Hubungan Mesra, Rusia Kecewa pada India Karena Media India Lakukan Hal Ini di Tengah Invasi Rusia di Ukraina

 Baca Juga: Kabar Senjata Nuklir Rusia Semakin Keras Terdengar, Inggris Justru Ketakutan Setengah Mati Jika Negaranya Hancur Total, Media Ini Sampai Gambarkan Situasi Inggris Begini

Ada laporan lebih banyak ledakan di Kyiv pada Kamis pagi, tetapi pejabat Ukraina belum mengkonfirmasi bahwa menara TV kedua terkena.

Sebuah rudal Rusia menghantam menara TV utama Kyiv di jantung ibu kota pada hari Selasa.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan bahwa Rusia berniat melumpuhkan jaringan internet dan komunikasi di Ukraina.

Baca Juga: Dibanggakan Setinggi Langit oleh Vladimir Putin Sebagai Senjata Kiamat, Siapa Sangka Sistem Rudal Rusia yang Punya Simbol 'Z' Ini Terbakar dan Hancur Total Hanya Gara-gara Hal Sepele Ini

Baca Juga: Meski Angkatan Udaranya Terbukti Kuat, Rusia hinga Saat Ini Belum Mengerahkan Superioritas Udaranya untuk Invasi Ukraina, Mengapa?

(*)