Find Us On Social Media :

Bikin Kekuatan Nuklir AS Bak Hanya Tinggal Seujung Kuku, Inilah Aliansi Impian Putin yang Bakal Buat NATO Bertekut Lutut, Invasi ke Ukraina Jadi Bukti?

By Khaerunisa, Rabu, 2 Maret 2022 | 18:35 WIB

Xi Jinping dan Vladimir Putin.

Intisari-Online.com - Rusia, Amerika Serikat (AS), dan China merupakan tiga negara pemilik senjata nuklir terbanyak.

Jika Rusia dan China bergabung, tentunya aliansi negara ini akan membuat kekuatan nuklir AS bak hanya tinggal seujung kuku.

Terlebih, China terus dilaporkan secara aktif memperluas persenjataan nuklirnya.

Belum lagi dengan penggabungan pasukan dan senjata militer lainnya dari kedua negara tersebut, di mana China dan Rusia memang masuk dalam jajaran pasukan militer terkuat di dunia.

Soal gabungan kekuatan Rusia dan Ukraina, pernah diungkapkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa tahun lalu.

Melansir thesun.co.uk (23/10/2020), Vladimir Putin telah mengisyaratkan tentang aliansi militer masa depan antara Rusia dan China yang akan lebih kuat daripada AS.

Dua kekuatan yang digabungkan akan melebihi jumlah Angkatan Darat AS sekitar dua banding satu, memiliki tank dan kapal perang tiga kali lebih banyak, dan memiliki lebih banyak senjata nuklir.

Untuk diketahui, China dan Rusia memiliki militer paling kuat kedua dan ketiga di dunia, dan aliansi formal disebut dapat membantu meningkatkan skala melawan AS .

Baca Juga: 'Saudara Muslim, Anda Tidak Diizinkan Masuk Surga', Kisah Batalion Azov Gunakan Peluru yang Diolesi Minyak Babi, Putin Bakal Makin Senang karena Temukan Ini

Baca Juga: 'Saudara Muslim, Anda Tidak Diizinkan Masuk Surga', Kisah Batalion Azov Gunakan Peluru yang Diolesi Minyak Babi, Putin Bakal Makin Senang karena Temukan Ini

Saat itu, Putin pun mengisyaratkan hubungan yang semakin dalam antara Moskow dan Beijing karena keduanya memiliki ketegangan yang sedang berlangsung dengan Washington.

Ditanya mengenai apakah dia bisa membayangkan aliansi militer antara Moskow dan Beijing, Putin berujar bahwa negaranya tidak membutuhkannya, tapi aliansi tersebut sangat mungkin.

"'Kami tidak membutuhkannya, tetapi, secara teoritis, sangat mungkin untuk membayangkannya," katanya.

Rusia dan China pun telah memuji "kemitraan strategis" mereka, meski sejauh ini belum menciptakan aliansi militer formal.

Jika aliansi militer kedua negara terbentuk, tentunya itu akan mengkhawatirkan seluruh dunia, terutama Amerika Serikat dan NATO.

Kekuatan militer Rusia dan China akan melebihi jumlah AS dan setiap militer lainnya di dunia.

Selain personel militer, mereka juga akan memiliki armada tank yang jauh lebih besar - dengan total 16.450 -dan kapal perang, dengan total 1.380.

Meski AS masih akan mempertahankan keunggulan di beberapa bidang, salah satunya memiliki lebih banyak pesawat tempur -dengan 13.264 dibandingkan dengan 7.373.

Selain itu, kapal induk AS AS juga sebanyak gabungan seluruh dunia. Sementara China memiliki dua dengan satu sedang dibangun, dan Rusia hanya memiliki satu kapal yang sangat tua.

Baca Juga: Bisa Terlambat Jika Tak Segera Digempur Rusia, Terkuak Ini Alasan Negeri Tirai Besi Gempur Ukraina Habis-Habisa, Jika Dibiarkan Ukraina Disebut Bisa Jadi Ancaman Berbahaya Bagi Rusia

Belakangan ini, Rusia tengah memicu kekhawatiran Perang Dunia Ketiga dengan melancarkan invasi ke Ukraina yang meningkatkan ketegangan dengan Barat.

Sementara banyak negara di dunia terutama Barat mengecam tindakan Rusia, China menunjukkan sikap netral.

China pun menjadi salah satu negara yang abstain dalam resolusi Dewan Keamanan PBB terkait penghentian invasi Rusia ke Ukraina.

Sedikitnya ada tiga negara yang dilaporkan memilih abstain dari pemungutan suara rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait penghentian invasi Rusia ke Ukraina, Jumat (25/2/2022).

Ketiga negara tersebut, yakni China, Uni Emirat Arab (UEA), dan India.

Total ada 11 negara dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB yang mendukung rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB ini. Sementara Rusia menggunakan hak vetonya.

Sebelumnya, para pakar mengungkapkan bahwa ujian terhadap posisi China akan terlihat selama pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk agresi Rusia di Ukraina.

Pakar China Didi Kirsten Tatlow, dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman, menjelaskan kepada DW bahwa Retorika damai China akan kurang efektif kecuali Beijing mengambil tindakan nyata dan secara terbuka di publik untuk menentang agresi Rusia di Ukraina.

Menurutnya, jika China abstain, seperti yang diharapkan, dukungan diam-diamnya terhadap Moskwa "akan menjadi lebih jelas," kata Tatlow.

Baca Juga: Sanggup Bikin Eropa Terbelah dan Membeku Kedinginan, Inilah Senjata Tak Terlihat Rusia yang Bakal Bikin Rakyat Benua Biru Merana, Pernah Dipakai 1 Dekade Lalu

(*)