2. Konflik dengan Georgia
Pada pagi hari tanggal 8 Agustus 2008, lebih dari 30.000 tentara Georgia dan ratusan tank menyerang Osetia Selatan -sebuah wilayah otonom yang didukung oleh Rusia.
Serangan itu diarahkan oleh mantan Presiden Georgia Mikhail Saakashvili, yang sangat anti-Rusia.
Setelah menjabat pada tahun 2004, Saakashvili telah berulang kali menegaskan tujuannya untuk merebut kembali Ossetia Selatan dan Abkhazia -dua wilayah yang telah memisahkan diri dari Georgia sejak tahun 1991.
Selain itu, jika menang di Osetia Selatan, Georgia hampir pasti akan memenangkan tiket untuk bergabung dengan NATO, menjadi ujung tombak anti-Rusia di Eropa Timur, menurut RT.
Tentara Georgia dengan cepat mengalahkan para separatis dan menguasai Tskhinvali - ibu kota Ossetia Selatan.
Tetapi, pada siang hari tanggal 8 Agustus 2008, dengan dukungan dari Putin -yang saat itu adalah Perdana Menteri Rusia- Moskow memutuskan untuk mengirim pasukan ke Osetia Selatan.
Dalam beberapa jam pertempuran, dua unit lapis baja dengan 20.000 orang dan 500 tank Angkatan Darat ke-58 Rusia mengusir tentara Georgia dari Tskhinvali.
Pada sore hari tanggal 12 Agustus 2008, pada hari ke-5 pertempuran, Presiden Georgia Saakashvili mengaku kalah dan menerima pembicaraan damai.
3. Pencaplokan semenanjung Krimea
Kampanye Moskow untuk merebut kembali Krimea -semenanjung dengan sebagian besar penduduk asal Rusia- dianggap sebagai yang tercepat dan paling unik dalam sejarah dunia modern.