Dikutip dari Human Rights Watch, dua dekade lalu, sebuah peristiwa mengerikan terjadi di Distrik Aldi, bagian selatan Grozny.
Laporan menyebut, 60 orang warga sipil Muslim Chechnya tewas akibat kebiadaban aksi tentara Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF).
Pada 5 Februari 2000, ratusan personel tentara Rusia memasuki Aldi dan melakukan penjarahan terhadap warga sipil di sana.
Tak hanya itu, para tentara Rusia juga memeras, memperkosa, membakar rumah, sampai membunuh warga sipil dengan brutal.
Human Rights Watch memastikan peristiwa tersebut benar-benar terjadi, setelah melakukan wawancara langsung dengan enam saksi mata yang juga merupakan warga Distrik Aldi.
"Semakin jelas bahwa ini bukanlah insiden yang terisolasi. Kami menemukan pola eksekusi singkat di seluruh Grozny," ucap Holly Cartner, Direktur Eksekutif Human Rights Watch.
Rusia masih dipimpin oleh Presiden Boris Yeltsin ketika Perang Chechny II meletus pada Agustus 1999.
Hingga pada 31 Desember 1999 Vladimir Putin terpilih menggantikan Yeltsin. Putin menjadi salah satu orang yang paling bertanggung jawab atas pembantaian 250 ribu warga Chechnya.
Namun, kini dukungan didapatkan Putin dari negara yang pernah dibantai Rusia tersebut.
Ramzan memang memiliki kedekatan dengan Vladimir Putin. Pada 2017, pada usia 31 tahun, Ramzan ditunjuk Putin menjadi presiden Chechnya, meneruskan kekuasaan sang ayah, Akhmad Kadyrov.